Rumah Sehat Panti Rapih Yogyakarta
“Saya
berharga untuk dicintai dengan tulus”
Ada
beberapa tempat yang kiranya punya arti begitu besar proses tumbuh-kembang khususnya masa kanak-kanak.
Rumah tempat dibesarkan adalah tempat paling utama. Bukan hanya soal fisik
bangunan, rumah adalah fundasi kehidupan afektif yang langsung terkait dengan
pembentukan struktur bahkan kesehatan mental seseorang. Interaksi dengan saudara-saudari, dengan
orang-orang terdekat dan terlebih orang tua atau yang merawat (caregiver), apakah diwarnai cinta atau konflik, akan mewarnai kehidupan
seseorang di masa-masa selanjutnya.
Ada
lagi satu tempat, minimal bagi sebagian orang, yang berperan penting dalam
proses pembentukan kehidupan afeksi ini. Namanya rumah sakit. Coba tengok memori, bagaimana persepsi kita tentang rumah sakit, bangunannya, sosok
perawat dan dokter dengan baju putih dan. steteskop bahkan jarum suntiknya atau
suasana antrean serta bau khas lantai dan udara sekitar. Boleh jadi, rumah
sakit menempati posisi penting dalam cara kita membayangkan rumah tempat
dibesarkan.
Rumah
sakit adalah sisi berlawanan rumah dari koin yang sama. Bayangkan kita semasa
kecil, dalam keadaan sakit, diajak orangtua ke sana. Orang sakit dibawa ke
rumah(nya) si sakit. Orang sakit meminta obat yang terkadang pahit dan bikin sensasi
mual-mual. Mungkin masih terdengar suara bujukan orang tua agar kita mau
diperiksa atau rasa takut bahkan trauma saat kita melihat seorang manusia jubah putih, begitu
besar terlihat dari atas dipan periksa tempat kita berbaring. Sebagian orang
bahkan masih bergidik dengan bayangan jarum menusuk dan darah menetes sedikit.
Masa kanak-kanak bisa dibayangkan sebagai gelanggang pertandingan antara kesehatan mental dan pengalaman sakit. (baca juga: Anak-Anak Adalah Maklumat Kehidupan)
Masa kanak-kanak bisa dibayangkan sebagai gelanggang pertandingan antara kesehatan mental dan pengalaman sakit. (baca juga: Anak-Anak Adalah Maklumat Kehidupan)
Dan
begitulah ceritanya mengapa rumah (tempat dibesarkan) dan rumah sakit mungkin bersaing berebut
kontrol dalam benak kita. Biasanya kita memahami dan merespon sesama dan
realitas berdasarkan berbagai pola persepsi yang dibentuk semasa kanak-kanak.
Dalam hal ini, berbagai peristiwa yang membentuk konteks rumah atau rumah sakit
tadi bisa saja masuk ke alam bawah sadar dan membentuk serangkaian realitas
internal. Realitas internal ini akan menjadi tapisan bagaimana kita memberi tanggapan
dan menjalani relasi serta kehidupan umumnya.
Hal
ini yang persis aku alami sekali lagi beberapa waktu lalu – dengan lompatan
intuisi.
Hari itu, aku berjalan masuki koridor ruang anak milik Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta. Aku menikmati pualam putih begitu mengkilap, bersih dan
rapi membentuk lorong panjang. Dinding berderet tokoh-tokoh kartun dengan
hiasan natal menambah suasana liburan. Gemericik musik sepanjang lorong
mengiringi tiap langkah.
Aku
kembali ingat di bawah tadi, persis sebelum membelok poli anak, barisan orang
rapi memanjang antre beli roti. Benar-benar lurus, tidak mengular, tiada
dorong-mendorong.
Ini
rumah sakit apa hotel, tak terasa aku membatin.
Di
ujung koridor, aku sempat terhenti mencari-cari nomor kamar tempat anak temanku
dirawat. Seorang Suster mendekat, ramah ia buka tanya dengan senyum aduhai. Customer service yang sangat
menyenangkan, pikirku.
Aku
masuki kamar yang ditunjukkan sang perawat. Seperti di luar, pualam putih bersih dan
ramah menyambut.
![]() |
Suster sedang memeriksa anak temanku |
Temanku, Barth Padatu, menyambut aku dengan senyum khasnya.
Kami bertukar cerita. Anak perempuannya berbaring tenang, tempat tidur bersih
dan terlihat nyaman. Standar rumah sakit, hanya aku yang sehat saja pasti akan merasa
nyaman berbaring di situ.
Ini
rumah sakit apa hotel, kembali aku membatin.
Bayangan
beberapa rumah sakit tempat aku pernah berkunjung kembali berdatangan. Ada
sejumlah pengalaman serupa tetapi tidak persis menyamai dalam segi kebersihan,
udara yang tercium nyaman seperti umumnya udara di rumah dan sapaan yang
membuat hati tentram.
Dua
orang perawat masuk untuk kontrol rutin. Suara mereka ramah menyapa setiap
orang. Senyum mereka tidak pelit. Putri temanku yang sudah beberapa hari
dirawat langsung merespon dua suster ini dengan tenang. Ia menyorongkan
lengannya, menjawab pertanyaan perawat dengan bahasa tubuh yang rileks dan
tekun memerhatikan proses pengambilan data medis. Aku perhatikan, kedua perawat
ini tahu benar bagaimana mengambil hati anak (dan orang tuanya).
Kata kata mereka terdengar natural dan tidak terburu-buru.
Saat seorang suster mengukur tensi putri temanku, aku perhatikan bahwa beliau sudah cantik dan ramah, masih juga bertindak begitu wajar. Kesannya ia sedang bercanda-canda dengan adik atau ponakan atau anak tetangga saja. Wajahnya tidak membayangkan kerisauan akan sakit pasien. Senyumnya enak dipandang dan membuat kita lebih percaya. Adik dari putri temanku juga tampak santai dengan kehadiran dua manusia berjubah putih dan yang sangat tinggi untuk ukurannya.
Wajahnya memancarkan cinta kasih yang menyenangkan bagi seisi ruangan. (baca juga: Kening Tidak Berdusta)
Aku bertanya-tanya lagi berdasarkan pengalamanku, kisah nyata hidupku, dengan rumah sakit selama ini. Perlahan aku mendapatkan hal yang paling menggembirakan. Sejak dari masuk hingga menyaksikan bagaimana kedua perawat berinteraksi dengan pasien, aku tidak mendapatkan suasana rumah sakit yang kadang ‘menyeramkan’ bagi anak-anak. Rasanya justru seperti memasuki rumah dengan standar hotel. Secara emosional, aku merasa betah dan suka berada di sini. Dan terutama, suasana pemeriksaan, aku melihat mereka memperlakukan pasien seolah anak sehat.
Kata kata perawat kepada anak temanku begitu santai dan ramah. Itu dia.
Entah sengaja atau tidak, seluruh pengalaman hari itu menimbulkan perasaan yang sangat membantu ini. Pasien sudah cukup bergumul dengan sakitnya. Sudah sepantasnya ia diberi suasana rumah yang sangat menyenangkan. Orang-orang yang merawat mengambil peran sebagai orang-orang terdekat anak secara wajar. Ia diperlakukan sebagai ‘orang sehat yang sedang mendapat tantangan kesehatan’. Pemeriksaan semata soal prosedur dalam keseluruhan proses menuju sehat.
Alangkah nikmatnya punya pengalaman afektif yang sangat menyenangkan seperti ini. Setiap anak umumnya akan atau pernah mengalami sakit di masa kecil. Sudah naturnya bahwa anak-anak rentan dengan serangan bakteri atau virus. Dan sesungguhnya sakit punya nilai bagi penguatan imunitas dan proses tumbuh-kembang secara keseluruhan. Tetapi sakit tidak harus menakutkan apalagi sampai menimbulkan trauma.
Sakit idealnya menjadi bagian memori kanak-kanak yang menimbulkan kesukaan dan harapan serta terkait erat dengan pengalaman bahwa ‘saya berharga untuk dicintai dengan tulus’. Kelak, cinta ibarat vaksin yang siap diaktivasi untuk melawan agen-agen patogen dalam kehidupan nyata. (baca juga: Kata Kata Cinta, Anak dan Vaksin Palsu)
Aku sadar, ini bukan rumah sakit, bukan pula hotel. Ini Rumah Sehat Panti Rapih Yogyakarta!
Kata kata mereka terdengar natural dan tidak terburu-buru.
Saat seorang suster mengukur tensi putri temanku, aku perhatikan bahwa beliau sudah cantik dan ramah, masih juga bertindak begitu wajar. Kesannya ia sedang bercanda-canda dengan adik atau ponakan atau anak tetangga saja. Wajahnya tidak membayangkan kerisauan akan sakit pasien. Senyumnya enak dipandang dan membuat kita lebih percaya. Adik dari putri temanku juga tampak santai dengan kehadiran dua manusia berjubah putih dan yang sangat tinggi untuk ukurannya.
Wajahnya memancarkan cinta kasih yang menyenangkan bagi seisi ruangan. (baca juga: Kening Tidak Berdusta)
Aku bertanya-tanya lagi berdasarkan pengalamanku, kisah nyata hidupku, dengan rumah sakit selama ini. Perlahan aku mendapatkan hal yang paling menggembirakan. Sejak dari masuk hingga menyaksikan bagaimana kedua perawat berinteraksi dengan pasien, aku tidak mendapatkan suasana rumah sakit yang kadang ‘menyeramkan’ bagi anak-anak. Rasanya justru seperti memasuki rumah dengan standar hotel. Secara emosional, aku merasa betah dan suka berada di sini. Dan terutama, suasana pemeriksaan, aku melihat mereka memperlakukan pasien seolah anak sehat.
Kata kata perawat kepada anak temanku begitu santai dan ramah. Itu dia.
Entah sengaja atau tidak, seluruh pengalaman hari itu menimbulkan perasaan yang sangat membantu ini. Pasien sudah cukup bergumul dengan sakitnya. Sudah sepantasnya ia diberi suasana rumah yang sangat menyenangkan. Orang-orang yang merawat mengambil peran sebagai orang-orang terdekat anak secara wajar. Ia diperlakukan sebagai ‘orang sehat yang sedang mendapat tantangan kesehatan’. Pemeriksaan semata soal prosedur dalam keseluruhan proses menuju sehat.
Alangkah nikmatnya punya pengalaman afektif yang sangat menyenangkan seperti ini. Setiap anak umumnya akan atau pernah mengalami sakit di masa kecil. Sudah naturnya bahwa anak-anak rentan dengan serangan bakteri atau virus. Dan sesungguhnya sakit punya nilai bagi penguatan imunitas dan proses tumbuh-kembang secara keseluruhan. Tetapi sakit tidak harus menakutkan apalagi sampai menimbulkan trauma.
Sakit idealnya menjadi bagian memori kanak-kanak yang menimbulkan kesukaan dan harapan serta terkait erat dengan pengalaman bahwa ‘saya berharga untuk dicintai dengan tulus’. Kelak, cinta ibarat vaksin yang siap diaktivasi untuk melawan agen-agen patogen dalam kehidupan nyata. (baca juga: Kata Kata Cinta, Anak dan Vaksin Palsu)
Aku sadar, ini bukan rumah sakit, bukan pula hotel. Ini Rumah Sehat Panti Rapih Yogyakarta!
Pemesanan:
0 Response to "Rumah Sehat Panti Rapih Yogyakarta"
Post a Comment