Obsesi Teroris Musnah Bersama Kematian Mengerikan yang Mereka Pilih

kata kata bijak, kata kata mutiara, kata kata cinta
Hidup ibarat menuju gerbang kematian yang bermartabat
Rabu (16/05) kemarin, seperti dilansir CNN Indonesia, polisi memusnahkan barang bukti terkait aksi teror di Surabaya dan Sidoarjo sebanyak 3 truk. Dari berbagai barang bukti tersebut, yang paling banyak ditemukan adalah bahan pebuatan bom racikan.

Sebelumnya, tim Gegana telah memusnahkan (1) 15 bom aktif dan 3 bom ransel yang ditemukan di rumah tersangka bom Gereja Pantekosta, Dita Oepriarto, (2) 4 bom pipa dan dua bom aktif dari kontrakan Tri Murtiono, tersangka bom Mapolrestabes Surabaya, serta (3) 1 bom aktif dari Anton Ferdiantono, tersangka pelaku bom di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo.

Turut musnah adalah seringai kematian sesembahan para teroris yang mengira nyali bangsa ini pasti ciut dengan petualangan gila mereka.

Obsesi teroris adalah menuliskan sejarah kesalehan religiusnya dengan ledakan bom, darah menggenang dan tubuh-tubuh dalam serpihan. Satu-satunya yang mereka capai adalah kematian memalukan yang mereka alami bersama kekejaman yang mereka labeli dengan kata-kata 'bela agama' ini.

Yang tersisa -sendirian- adalah para suporter terorisme yang dengan tak bijaknya (1) mengglorifikasi kebiadaban aksi-aksi teroristik dengan berbagai cara; dan (2) mendisasosiakan teroris dari agama.

Di alam baka sana, sungguh pedih perasaannya teroris. Mereka ditumbalkan, mereka juga dicampakkan seenak perutnya oleh para suporternya, yaitu orang-orang yang akan terus mengeksploitasi bunuh diri yang mereka lakukan.

Terkadang mereka dikatakan syuhada, terkadang mereka dianggap kaum yang menjalani Islam kaffah.

Tetapi akhir-akhir ini,mereka dianggap begitu hina sehingga haram dikait-kaitkan dengan agama. Mereka dicap tidak beragama!

Penyangkalan seperti ini, seolah terorisme bukan kisah nyata, tidak hanya menyulitkan masyarakat umumnya untuk bisa bersatu menghadapi seringai kematian sesembahan kaum radikalis.

Penyangkalan juga membuat para suporter terorisme dan mereka yang tidak mendukung namun bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dengan dalih 'bersikap netral' itu, tidak bisa bersikap kritis melebihi kepura-puraannya tersebut. Tetapi mereka ngotot disebut kaum beragama!

Beragama tanpa sikap kritis, tanpa otokritik, bagaimana mau menjadikan agama dan dirinya sebagai pembawa cinta?

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Obsesi Teroris Musnah Bersama Kematian Mengerikan yang Mereka Pilih"

Post a Comment