Agama Setan
"Berarti
kafir donk. Kata Pak Ustad, agama Kristen kan agama setan karena menyembah
setan."
Tahun 2012, saya
tinggal di Pulau Karimun, sebelah Pulau Batam. Karimun hanya sepenggal dari
Singapura, berkisar 50 menit dengan ferry.
Akhir minggu, penginapan dan tempat hiburan dipenuhi para wisatawan dari
Singapura maupun Malaysia yang memanfaatkan liburan murah dibandingkan di
negaranya.
Sebagai salah satu
pulau di Provinsi Kepri, Karimun baru saja diintegrasikan ke dalam Perjanjian Sijori:
Singapura, Johor (Malaysia) dan Provinsi Kepri (Indonesia). Dengan konsep
segitiga pertumbuhan (triangle growth),
perjanjian tiga negara ini membuka wilayah-wilayah terkait sebagai pelabuhan
bebas sehingga memungkinkan arus manusia, barang dan jasa berlangsung smooth dan tanpa hambatan.
Banyak perusahaan asing
memanfaatkan peluang emas ini. Saipem, perusahaan mutinasional Italia dengan
fokus minyak dan gas, pun bergegas datang. Beroperasi di lebih dari 100 negara,
Saipem menyewa sekitar 70 hektar lahan di Pulau Karimun berikut pantai untuk
kapal-kapalnya guna kegiatan fabrikasi dan bongkar-muat pipa, tiang pancang
ataupun platform pengeboran minyak lepas
pantai (offshore) maupun daratan (onshore).
Singapura merupakan kantor pusat untuk wilayah Asia Pasifik. Banyak pemain global menjadi klien dari PT Saipem, Indonesia. Dua di antaranya adalah British Petroleum (Inggris) dan Aramco (Arab Saudi) yang merupakan perusahaan minyak terbesar di dunia.
Singapura merupakan kantor pusat untuk wilayah Asia Pasifik. Banyak pemain global menjadi klien dari PT Saipem, Indonesia. Dua di antaranya adalah British Petroleum (Inggris) dan Aramco (Arab Saudi) yang merupakan perusahaan minyak terbesar di dunia.
Saya bekerja di PT.
Saipem, Indonesia, sebagai Spesialis SDM. Tugas-tugas saya meliputi rekrutmen
di berbagai lini, koordinasi dengan 9 kepala departemen perusahaan, hubungan
ketenagakerjaan, hubungan internasional, standardisasi dan peningkatan kompetensi,
manajemen SDM, dan sebagainya. Karena setiap dokumen perusahaan harus dalam dwi
bahasa (Indonesia dan Inggris), saya juga bertindak sebagai penerjemah.
Sebagai terapis, saya
bertanggung-jawab atas sejumlah program unggulan guna memersiapkan orang-orang
pada posisi manajemen kelak. Dalam prosesnya, saya mengaplikasikan coaching yang terstruktur dan rapi
tercatat.
Sebagai trainer, saya meriset dan mendesain program-program
training yang secara resmi
ditandatangani direktur perusahaan dan ditetapkan sebagai materi pelatihan perusahaan.
Saya juga yang mengimplementasikan program-program pelatihan ini kepada ratusan
penyelia (supervisor) dan ketua regu.
Banyaknya beban kerja
membuat saya nyaris lembur setiap hari dan pulang kala kompleks perusahaan
yang biasanya berisi ribuan orang lengang
dalam sepi. Saya perlu sesuatu untuk mengelola hidup yang sangat padat ini.
Saya suka olahraga
mengitari kampung-kampung. Sebuah mushola kecil berdiri di tanjakan, anak-anak biasanya
selesai ngaji saat saya melewatinya.
Ilustrasi anak-anak Indonesia |
Mereka teman-teman
kecilku yang sudah saya kenal cukup lama. Awalnya keheranan mengapa ada ‘orang
aneh’ suka olahraga malam-malam. Saya jelaskan bahwa inilah waktu terbaik setelah
seharian berkutat di kantor.
Namanya anak-anak, pertanyaan bersusulan hingga mencengangkan. Bayangkan saja, saya ditanya apakah suka makan dengan sambal keju seperti orang-orang bule? Kapan pula si bule nyambel keju?
Namanya anak-anak, pertanyaan bersusulan hingga mencengangkan. Bayangkan saja, saya ditanya apakah suka makan dengan sambal keju seperti orang-orang bule? Kapan pula si bule nyambel keju?
Setiap menaiki
tanjakan, saya disambut cerita. Biasanya mereka takzim mencium tanganku, satu per
satu, sebelum memaksaku menukar kata kata terlebih dahulu. Persahabatan kami
sangat menyenangkan hingga suatu malam minggu.
Seorang anak laki-laki yang
kerap meminta pendapat saya tentang apa saja bertanya, "Om, agamanya
apa?"
Sebenarnya ada hawa
kurang enak dalam kata kata yang ia ucapkan. Saya tercekat. Namun polos saya
menjawab, "Saya Kristen."
Mendadak keriangan
menguap dari wajah-wajah yang tampak mengeras. Saya makin tercekat. Saya pernah
mendapat pertanyaan serupa yang langsung mengubah segalanya. Saya takut harus
mengalaminya lagi.
"Berarti kafir donk. Kata Pak Ustad, agama Kristen kan
agama setan karena menyembah setan." mulutnya lancar meluncurkan kata kata
ini sembari ketawa pelan.
Mahgrib seperti bencana
bagiku. Saya terpaku memandang sahabat-sahabatku yang menjauh. Anak perempuan
yang selama ini paling dekat dengan aku menegur teman-temannya yang
berbisik-bisik. Tetapi dia pun rupanya harus
menjauh.
Mahgrib mengubah segalanya.
Tanjakan bukan lagi jalur persahabatan. Sejak saat itu, hanya satu dua yang
menegur -dari kejauhan- sebab jarak antar iman pantang dilewati bahkan di
antara sesama teman.
Hari ini saya mengingat sahabat-sahabat Karimun saya dengan perih – sangat perih. Keputusan konyol hakim yang
justru mengembalikan dakwaan primer (penistaan agama) terhadap Ahok yang sudah
dianulir Jaksa Penuntut Umum (JPU) tersebut secara definitif berpihak pada permusuhan
tak masuk akal ini. Kita ‘dipaksa percaya’ bahwa Islam dan Kristen tidak bisa dijalin
dan menjalin persahabatan. Betapa absurdnya! (baca juga: Payungi Jokowi, Kawan)
Di manakah anak-anak
ini? Mestinya mereka sekarang sudah SMP atau SMA. Pikiran mereka sudah terbuka
pada dunia. Retina mereka sudah merekam rangkaian pertikaian orang-orang dewasa
yang sangat konyol ini. Tanjakan mana yang mereka pilih: permusuhan seperti
yang diajarkan sang ustad atau damai berlintas iman seperti yang diwahyukan
Allah? (baca juga: Bahasa Indonesia, Riwayatmu Kini)
Sangat perih mengingat
canda tawa mereka. Apakah agama Kristen sekarang benar-benar iblis jahanam bagi
mereka? Apakah bahwa agama Kristen menyembah setan itu sebuah kisah nyata bagi mereka?
Kita berada dalam situasi
anomali. Kampanye kebencian dilancarkan secara masif, tak seorang pun bisa menghindarinya. Dan ini menyakitkan sekali serta sangat berbahaya bagi tenunan sosial Indonesia.
Sekalipun mengambil posisi yang berseberangan, kita punya kepentingan yang sama akan kedamaian dan koeksistensi. Tengok, masa depan anak-anak kita, anak-anak Indonesia, menjadi taruhannya. Dalam 5 tahun ke depan, keretakan sosial akan menganga lebar dan melahap banyak dari mereka.
Sekalipun mengambil posisi yang berseberangan, kita punya kepentingan yang sama akan kedamaian dan koeksistensi. Tengok, masa depan anak-anak kita, anak-anak Indonesia, menjadi taruhannya. Dalam 5 tahun ke depan, keretakan sosial akan menganga lebar dan melahap banyak dari mereka.
Bersikap netral atau
diam berarti membangkang pada CINTA sang inti pewahyuan.
Bersikap netral atau memilih diam adalah DOSA!
Disclaimer
Tulisan ini menceritakan kisah nyata yang ditempatkan dalam konteks yang lebih besar yaitu masalah intoleransi yang merupakan tantangan bersama sebagai anak-anak bangsa. Tidak ada tendensi atau upaya untuk memojokkan siapapun.
Pemesanan:
082-135-424-879/LINE/SMS
5983-F7-D3/BB
Inbox Rudy Ronald Sianturi
Tulisan yang kelihatan sangat memojokkan muslim
ReplyDeleteSaya rasa jauh sebelum ahok melecehkan kitab suci umat islam
Ga ada masalah antara islam & kristen dinusantara bahkan sampai saat ini ga ada masalah antara islam & kristen
Karna murni, umat islam hanya menuntut orang yang menistakan al-qur'an dihukum
Saya rasa bukan hanya saya, masih banyak muslim diluar sana yang menjalin hubungan pertemanan bahkan nyaris seperti saudara dengan yang non muslim disebabkan saling menghargai
Hukum sebab & akibat jangan dilupakan
Dan jangan terlalu membela yang nyata salah dimata khalayak ramai.
Makasih atas atensinya.
ReplyDeleteSaya yakin anda membacanya dengan sangat keliru, tidak ada upaya memojokkan, bacalah dalam konteks berikut pesan utama.
Mengenai hubungan antar iman, benar bahwa banyak sekali hubungan yang baik selama ini. Saya juga punya banyak sekali teman Muslim bahkan dalam keluarg saya pun ada yang beragama Islam. Semuanya baik baik saja.
Di sisi lain, jangan menutup mata, ada banyak gesekan dan tantangan juga selama ini. Saya sudah lama alami hal mirip (seperti yang saya ceritakan dalam artikel, sampai beberapa kali, dan bahkan sebelum tahun 2012. Intoleransi sudah berlangsung lama, sampai hari ini, oleh kelompok-kelompok tertentu yang mengatasnamakan Islam. Contoh paling konkret adalah penyegelan gereja Yasmin yang sudah jelas dimenangkan gugatannya oleh MA. Dan masih banyak lagi, begitu telanjang fakta fakta ini sejak dulu.
Janganlah kita menutup mata, meleset dari poinnya. Jangan kita selalu menggampangkan masalahnya, ini semua kisah nyata.
Menyangkut Ahok, beliau itu sudah ditolak sejak lama sebelum insiden Pulau Seribu,sudah didemo berkali-kali atas dasar tidak benar namun dibungkus Islam. Tidak perlu kita menutup mata. Ini fakta, begitu telanjang di depan mata, semua juga tahu.
Sekarang tinggal kita mau bersikap tidak. Ini masalah bersama. Keretakan dan ketegangan berlarut-larut ini haram hukumnya dibiarkan kecuali kita memang menjadi bagiannya.
Demikian mas. Terima kasih.
Sudah saya baca, berulang2 malah
ReplyDeleteKalimat anda sangat ngawur "Berarti kafir donk. Kata Pak Ustad, agama Kristen kan agama setan karena menyembah setan."
Diagama kami ada ayat "bagimu agamamu, bagi kami agama kami"
Kami ga mau terlalu mencampuri keyakinan orang lain.
Disinilah kesalahan fatal ahok, menyinggung perasaan kami, sekaligus dimanfaatkan musuh politiknya
Kami ga selalu sefaham dengan "mereka" yang ingin menumbangkan ahok
Kami hanya ingin ada hukum yg memberikan efek jera bagi siapa saja yang menghina/menistakan suatu agama, hanya itu.
Dan apa salah pendakwah atau ustadz menyampaikan isi kandungan al-qur'an kepada jamaahnya tentang memilih pemimpin muslim?
Ini keyakinan kami, perintah tuhan kami kepada kami
Bukan semata2 politik untuk melengserkan ahok dari kedudukannya.
Mas, bukankah itu kisah nyata? Dan belakangan ini tiap hari begitu banyak orang yang seenaknya mengatakan hal ini tanpa rasa salah sedikitpun? Ini soal perilaku mas,soal keadaban. Tidak berarti karena ayat demikian lantas perilaku orang konsisten dengan ayatnya.
ReplyDeleteTentang memilih pemimpin Muslim, sialhkan saja, itu urusan internal. Yang jadi soal ketika dipaksakan sebagai kebenaran umum bahkan sebagai cara untuk mendiskriminasi. Ini NKRI berdasarkan Pancasila, sebuah demokrasi. Saya yakin anda tahu. Ndak perlu menutup mata, mas, faktanya dipaksakan dan dijadikan alasan.
Dan artikel ini bicara soal yang jauh lebih besar yaitu betapa bahayanya hal ini, anak-anak kita diajarin dengan cara yang salah.
Oke mas, tidak perlu berbantahan. Anda pasti paham dan sadar keadaannya.
Agama setan itu agama yg mengajarkan kebencian, membunuh dan menyakiti manusia tp setiap agama tidak ada yg mengajarkan demikian hanya oknum orang yg berpendapat seperti itu karena semua manusia baik dan buruk adalah ciptaan Allah klo ada mencaci dan membenci sama saja menghina ciptaan Allah.
ReplyDeleteSudah barang tentu bukan agama setan an sich yang dikatakan pada saya sore itu, tapi sebuah pelabelan bahwa agama Kristen itu ibarat agama setan.
ReplyDeleteHari-hari ini, bukankah kita mendengar pelabelan ini dilancarakan dengan sangat masif tanpa merasa salah sama sekali? Dan persis itulah masalahnya.
Membiarkan keadaan ini, mengingkari kenyataan di depan mata ini, berarti tidak peduli dampak destruktifnya bagi anak-anak kita dan akhirnya tenunan kebangsaan kita bersama. Sangat mungkin, 5 tahun dari sekarang, retakan sosial akan menganga dan melahap banyak orang.
Kalau kita tidak bersikap.
Terpujilah YESUS TUHAN yg tidak pernah mengajarkan kebencian.
ReplyDeleteAmen, mbak/mas. Dan inilah yang harus kita kabarkan kepada siapa saja secara elegan dan lebih penting lagi, kasih mendorong kita untuk menjalin komunikasi dan kolaborasi lintas SARA supaya bersama kita hadang gerakan masif kebencian, pengkafiran dan kekerasan belakangan ini.
DeleteMari kita lawan intoleran, karena intoleran bukan pda agamanya melainkan pda manusianya atau diri sendiri.
ReplyDeleteMari masbro, saya suka dengan sikap ini. Banyak orang Kristen selalu menyerahkan masalah ini pada Tuhan, namun dianya tidak mau bersikap.
Delete