Aksi Teror Bom Gereja, Siapa Sesungguhnya yang Tergolong Kafir?
Tujuan terorisme dan para pendukungnya -yang tanpa malu menyangkal namun merayakan darah dan potongan tubuh sebagai hukuman Allah pada kafir- adalah menciptakan ketakutan dan rasa tak berdaya.
Satu tindakan spektakuler, asalkan menghasilkan kengerian besar dan rasa tak aman, apalagi dilengkapi kata kata intimidatif, dianggap pantas untuk pengorbanan jiwa sang bomber.
Sekalipun terdengar tak masuk akal dan bagi sebagian orang, tidak mungkin dilakukan orang-orang yang tampak saleh dalam kehidupan sehari-hari, bom bunuh diri adalah fakta nyata, tak bisa dipoles dengan cara apapun. Ada pengebom, ada korban-korban berjatuhan.
Di sisi lain, teroris kerap salah pilih lawan. Sementara sebagian orang memang berhasil diteror, sebagian lagi melawan terorisme dengan cara-cara yang tak terbayangkan. Telak!
Orang-orang Kristen Surabaya atau Samarinda, keluarga polisi korban serangan terhadap markas Polisi di Riau, dan lain sebagainya, justru mengungkapkan rasa tidak gentar dengan cara tetap melakukan aktivitas seperti biasanya.
Teroris mengata-ngatai kafir kafir, namun yang dikafirkan bukan lawan sebanding untuk sikap pengecut mereka yang beraninya berlindung di balik nama kata agama.
Foto di atas adalah misa pertama, Mei 2018 lalu, pasca bom di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Surabaya. Mereka adalah para korban ledakan, termasuk anak-anak. Dan mereka yang mengikuti misa adalah keluarga-keluarga para korban beserta umat gereja yang diteror.
Sungguh sebuah pemandangan yang di luar dugaan setiap orang. Gagal total terorisme para pengebom yang telah membuang nyawa sia-sia!
Teroris dan para ideolognya -yang garang mendesak para kurawa fanatik berperang sementara mereka bersenang-senang menikmati dunia yang dicelanya- tadinya mengira bom akan menciutkan nyali ‘orang kafir’. Sekali lagi, mereka keliru. Yang mereka bunuh adalah orang-orang beriman yang kokoh karena kasih Allah.
Tengok sekali lagi foto-foto SYUHADA di jalan Allah, orang-orang Kristen yang merelakan dirinya dicabik kebiadaban bomber saleh demi keselamatan banyak orang. Iman mereka bertumpu pada Allah yang hidup, sang pemelihara kesucian hidup.
Teroris dan kurawa penyorak yang berkeliaran di sekitar kita tanpa malu itu mengira mereka menang. Mereka berkata berani mati. Mereka pikir mereka menang.
Sayang, mereka jauh kalah berani dengan para syuhada iman yang sesungguhnya. Mereka hanya pembunuh sadis yang tidak berani menemui Allah di jalan yang diridhoiNya. Mereka justru menyembah kematian. Mereka menolak cinta!
Kalau kita bijak, siapa sesungguhnya yang tergolong kafir?
Rudy Ronald Sianturi
TerapisKlinis | CoachWriter
0 Response to "Aksi Teror Bom Gereja, Siapa Sesungguhnya yang Tergolong Kafir?"
Post a Comment