Surat Cinta Untuk Gilang Kazuya Shimura
Mas Gilang Kazuya Shimura terkasih,
Saya punya sebelas keponakan dan mereka suka mengajukan pertanyaan-pertanyaan tak terduga kepada saya. Barangkali mereka beranggapan kalau pikiran orang dewasa harusnya lebih terlatih beragumentasi dan membuat tulisan secara runtut dan logis.
Vita adalah salah
seorang keponakan yang paling rajin 'menguji' saya. Berbagai pertanyaan ujian
darinya menyadarkan saya kalau mereka memang, seperti yang ditulis alm Rm.
Mangun, generasi Albert Einstein.
Dalam catatan beliau,
generasi Albert Einstein ditandai dengan iptek dan huge curiosity (keingintahuan
besar) terhadap dunia. Mereka banyak bertanya dan mempertanyakan. Status quo
tidak ada dalam kamus mereka.
Generasi Albert
Einstein tidak bakal puas dengan jawaban dogmatis atau kata-kata 'pokoknya
begitu sudah'. (baca juga: Bahasa Indonesia, Riwayatmu Kini)
Misalnya saja, sewaktu
SMP kelas 1, Vita bertanya begini:
"Tulang (paman),
mengapa vaksin tidak dapat melindungi semua jenis penyakit yang disebabkan oleh
virus? Dan beri contohnya. Makasih tulang."
Setiap menjawab
pertanyaannya, saya tidak merasa perlu menyederhanakan bahasa atau kata-kata
yang saya pakai. Sejauh penjelasan runtut, logis, dia pasti paham. Bilapun
tidak, dia akan menggali lebih dalam. Rasa ingin tahunya sangat besar, dan
bacaannya sangat luas.
Bahasa tulisnya pun
sangat apik dengan kapasitas berpikir yang bagus. Dia sudah menjuarai beberapa
lomba menulis.
Maka begini jawaban
saya:
"Kamu ndak bosan
mengajukan pertanyaan ujian kepada tulangmu, Sayang, menantang sekali!
Tubuh manusia itu punya
mekanisme pertahanan diri terutama dalam sel-sel darah putih. Setiap kali tubuh
kemasukan virus atau agen asing berbahaya, sel-sel darah putih segera menyerang
supaya tubuh tidak terkena penyakit. Jikalau sel-sel darah putih kalah, orang
yang bersangkutan akan terkena penyakit yang disebabkan oleh virus yang
menerobos masuk.
Di sisi lain, terutama
ketika menang dalam pertarungan ini, tubuh manusia otomatis 'menambah
pengetahuan' dalam keseluruhan proses pertahanan diri sehingga ketika jenis
virus yang sama menyerang lagi, tubuh sudah tahu apa yang harus dilakukan
bahkan secara biologis sudah memiliki tameng.
Sistem pertahanan tubuh
yang seperti di atas membuka peluang untuk meningkatkan daya perlindungan tubuh
yaitu dengan memanfaatkan virus jahat tersebut. Artinya, asalkan dibuat menang,
tubuh menjadi lebih cerdas dan kuat.
Pada titik inilah
vaksin menjadi kreativitas medis.
Vita bersama sepupu-sepupunya |
Vaksin itu pada
dasarnya virus berbahaya yang sudah dilemahkan sehingga hilang kemampuannya
menimbulkan penyakit. Nah, virus yang sudah dilemahkan ini dimasukkan ke tubuh
seseorang lewat proses vaksinisasi. Karena pada dasarnya sudah lemah, sel-sel
darah putih dengan mudah mengalahkannya. Otomatis, virus atau bakteri yang
kalah ini menjadi bagian dari sistem kekebalan tubuh manusia.
Dari sini jelas, vaksin
pada dasarnya terkait dengan satu macam penyakit.
Bila pertanyaan kamu
dilihat dalam skala besar, ada sejumlah alasan mengapa vaksin tidak dapat
melindungi seseorang dari semua jenis penyakit yang disebabkan virus.
(1) Ada banyak jenis
penyakit yang disebabkan oleh berbagai jenis virus atau bakteri patogen
(patogen = berbahaya). Butuh dana besar, riset dan teknologi untuk mengetahui
semuanya. Manusia belum tahu semuanya.
(2) Ada berbagai jenis
virus atau bakteri di dalam maupun di luar tubuh manusia. Tidak mungkin bisa
mengetahui semuanya. Apalagi setiap virus atau bakteri punya sifat-sifat
tersendiri sehingga sulit membayangkan satu vaksin melawan semua virus.
(3) Virus patogen ini
juga beradaptasi atau bermutasi. Artinya, mereka juga mengubah susunan
kimiawinya (semacam memperbaharui diri) sehingga vaksin yang ada bisa saja
tidak mempan lagi.
(4) Dan lain-lain.
Ada banyak contoh
vaksin: vaksin cacar, vaksin flu burung, vaksin hepatitis B, vaksin TBC, bahkan
orang sedang mengembangkan vaksin HIV untuk mencegah AIDS.
Moga-moga menjawab
pertanyaan kamu ya, Sayang..."
Pertanyaan di atas
tertanggal September 3, 2011, dilayangkan via inbox kepada saya di Singapura.
Sebelumnya kami mendiskusikan makna 'halo' (gambaran kesucian dalam tradisi
Kristen).
Tiada capeknya anak
ini! Seakan pikirannya bangkit setiap saat.
Waktu masih SD, dia
sudah memusingkan kepalanya saya dengan bertanya:
"'Tulang, mengapa
Allah lebih suka menciptakan tumbuhan-tumbuhan dengan warna hijau padahal koral
warna-warni. Kan susah menikmatinya, harus menyelam dulu. Mengapa yang indah
justru disembunyikan di dasar laut?"
Pengamatan dan proses
abstraksi yang disusun secara eksploratif - melampaui usianya. Indah, cermat dan menggugat, seperti tulisan anak SMA, Afi Nihaya
Faradisa, yang memusingkan kepala-kepala orang dewasa belakangan ini.
Kenapa Allah menyembunyikan
keindahan (ciptaanNya) dari pandangan manusia? Sekolahnya SMP, tingkat penalarannya meta kognisi. WOW!
Mas Gilang Kazuya
Shimura berani menjawabnya?
Vita sedang kuliah di
Jerman. Moga-moga tetap menjaga pikiran yang runtut dan logis karena ternyata
kecerdasan itu -sungguh kisah nyata-
‘agak langka’ meskipun sekolahnya sudah jauh ke negeri orang. Apalagi vaksin penangkal malas berpikir belum jua ditemukan :)
Generasi Albert
Einstein yang dibayangkan Romo Mangun pantasnya memang 'menampar''
(bila perlu sampai pengsan) pasukan cyber unyu-unyu yang takut belajar,
beraninya mengeroyok akunnya Afi Nihaya Faradisa.
Demikianlah surat cinta
untuk Gilang Kazuya Shimura dibuat untuk dipikirkan secara runtut dan
logis. Kurang-lebihnya, mohon dimaafkan.
Salam hormatku
Pemesanan:
082-135-424-879/LINE/SMS
5983-F7-D3/BB
Inbox Rudy Ronald Sianturi
0 Response to "Surat Cinta Untuk Gilang Kazuya Shimura"
Post a Comment