Khilafah Vatikan
"Orang
Islam memiliki warisan iman yang sangat berharga, namanya I Q R A"
Beberapa catatan kecil
soal negara seuprit sepetak lahan di dalam negara Italia yang biasanya disebut
Negara Vatikan atau kita sebut saja, 'Khilafah Vatikan':
#Pertama
Mengutus 4 biarawati
atau suster (dalam sejarah dikenal dengan sebutan the computer nuns) untuk melakukan pekerjaan astronomikal, sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan panggilan hidup mereka sebagai kaum berjubah. Tercatat antara tahun 1910-1921 atau satu dekade lebih, mereka bertugas memetakan dan mendokumentasikan baik posisi maupun kecermelangan matahari di bentangan langit dan berhasil merekam 481.215 matahari. Di jaman teknologi
seadanya, 4 perempuan selibat ini secara manual mengintip lewat teropong dan
dengan ketelitian prima mencatat data. Sebuah prestasi gemilang yang sangat
berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini.
#Kedua
Aktif dalam sains dan
teknologi. Negara Vatikan mempunyai sebuah observatori yang dipimpin oleh biarawan
atau pastor ilmuwan, dan gereja bertekun dalam astronomi. Vatikan juga
mempunyai Akademi Sains yang keanggotaannya lintas SARA termasuk orang Islam
dan atheis. Para ilmuwan ini merupakan orang-orang kosen pilih tanding. Mereka diseleksi
dengan sangat ketat berdasarkan seperangkat kompetensi dan kredibilitas keilmuannya. Dokumen-dokumen resmi
gereja dirumuskan dengan memerhatikan berbagai rekomendasi lembaga ini baik
dalam mikrobiologi, fisika kuantum, nanoteknologi, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), sel punca atau stem
cells, dsb.
#Ketiga
Aktif mempromosikan
dialog lintas iman dan perjuangan keadilan dengan prinsip moral 'berpihak pada
yang termiskin diantara para miskin'. Redaksi kata kata ini bertemali dengan prinsip kebebasan
beragama, proses demokratisasi, berbagai upaya perlindungan terhadap kaum buruh, konservasi ekosistem, dsb., atas
dasar cinta kasih yang tertuang eksplisit dan bisa dibaca dalam dokumen-dokumen
resmi gereja.
#Keempat
Aktif mempromosikan
komunikasi antar warga kampung dunia, pemakaian teknologi dan alat-alat komunikasi untuk merekatkan antar
warga dunia dalam rangka mendorong keadilan, keindahan, kebenaran. Gereja secara intens mendorong umat Katolik
untuk berani menjadi saksi-saksi Yesus Kristus dengan mewartakan
pesan-pesan perdamaian dan hidup bersama.
#Kelima
Aktif mempromosikan
pendidikan dan kesehatan dan terlibat penuh dalam promosi dan pengembangan ilmu pengetahuan, sastra dan politik harapan. Perpustakaan Negara Vatikan adalah termasuk tambang data dengan koleksi buku, manuskrip atau peta yang terlengkap
di dunia. Banyak terobosan sains dan sastra diawali para pastor ilmuwan seperti
genetika, robotika, nuklir untuk tujuan damai, teori dentuman besar (big bang), dan karya-karya sastra. Di
Indonesia saja, banyak pastor yang sekaligus ilmuwan dan sastrawan dan
budayawan dan aktivis sosial.
Kota Vatikan dilihat dari atas |
Demikian sekelumit yang
disebut 'Khilafah Vatikan' yang jelas adalah semata sebuah pemerintahan rohani
atas dasar cinta kasih, bukannya sebuah ideologi atau gerakan trans-nasional dalam rangka mendorong upaya-upaya
perebutan kekuasaan atau menggantikan ideologi negara-negara tempat umat Katolik
berada. Secara substansial, ia bertolak belakang dengan pemaknaan kata kata khilafah ala ISIS dan
kompradornya.
Belakangan muncul berbagai pola pikir seakan hendak menjustifikasi konsep khilafah ala Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang baru saja dibubarkan pemerintahan Jokowi karena dianggap sebagai organisasi massa yang anti Pancasila. Umat Katolik pastinya tidak ada kaitannya dengan persoalan yang sepenuhnya merupakan sebuah keputusan politik pemerintah atas dasar berbagai pertimbangan matang melalui kementerian dalam negeri. Maka sungguh tidak masuk akal apabila kita mengembangbiakkan analogi khilafah HTI dan Vatikan.
Apapun yang saya utarakan di atas bisa ditemukan dengan mudah ditemukan dan dibaca dalam berbagai dokumen resmi gereja Katolik. Apapun yang saya utarakan di atas adalah kisah nyata kiprah gereja dan umat dalam lintasan sejarah, bukan sekadar kata kata imaginatif.
Sayangnya, belakangan kita melihat meluasnya gelombang perseteruan di tingkat elit politik dan bagaimana konflik-konflik tersebut justru dimanfaatkan untuk membakar emosi di tingkat akar rumput. Bukankah sebuah situasi yang sangat absurd?
Anak-anak bangsa sedang didorong untuk saling curiga dan marah. Sementara itu, isu-isu nasional yang sangat mendesak untuk dilawan bersama seperti wabah korupsi justru dibelokkan seakan sekadar soal pemerintahan Jokowi atau kepolisian dan KPK menzolimi sejumlah politisi atau bahkan umat Islam. Klaim tanpa dasar seperti ini sangat mendistorsi nalar publik!
Pertarungan di tingkat elit politik, politik kekuasaan dan politisasi agama secara langsung atau tidak langsung sedang merusak tenunan sosial. Hanya zombie yang tidak menyadari hal ini.
Diam, membiarkan atau mengambil bagian di dalamnya sama halnya mendorong kehancuran negara. Dan kelak, mereka yang menang dan kalah sama-sama buntung -itu pasti.
Dalam situasi begini, muncul satu kebutuhan yang sangat mendesak. Anak-anak bangsa wajib hukumnya melawan pembusukan politik di tingkat elit dengan membiasakan budaya ‘membaca dengan membaca sedalamnya’.
Orang Islam memiliki warisan iman yang luar biasa, namanya I Q R A.
Belakangan muncul berbagai pola pikir seakan hendak menjustifikasi konsep khilafah ala Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang baru saja dibubarkan pemerintahan Jokowi karena dianggap sebagai organisasi massa yang anti Pancasila. Umat Katolik pastinya tidak ada kaitannya dengan persoalan yang sepenuhnya merupakan sebuah keputusan politik pemerintah atas dasar berbagai pertimbangan matang melalui kementerian dalam negeri. Maka sungguh tidak masuk akal apabila kita mengembangbiakkan analogi khilafah HTI dan Vatikan.
Apapun yang saya utarakan di atas bisa ditemukan dengan mudah ditemukan dan dibaca dalam berbagai dokumen resmi gereja Katolik. Apapun yang saya utarakan di atas adalah kisah nyata kiprah gereja dan umat dalam lintasan sejarah, bukan sekadar kata kata imaginatif.
Sayangnya, belakangan kita melihat meluasnya gelombang perseteruan di tingkat elit politik dan bagaimana konflik-konflik tersebut justru dimanfaatkan untuk membakar emosi di tingkat akar rumput. Bukankah sebuah situasi yang sangat absurd?
Anak-anak bangsa sedang didorong untuk saling curiga dan marah. Sementara itu, isu-isu nasional yang sangat mendesak untuk dilawan bersama seperti wabah korupsi justru dibelokkan seakan sekadar soal pemerintahan Jokowi atau kepolisian dan KPK menzolimi sejumlah politisi atau bahkan umat Islam. Klaim tanpa dasar seperti ini sangat mendistorsi nalar publik!
Pertarungan di tingkat elit politik, politik kekuasaan dan politisasi agama secara langsung atau tidak langsung sedang merusak tenunan sosial. Hanya zombie yang tidak menyadari hal ini.
Diam, membiarkan atau mengambil bagian di dalamnya sama halnya mendorong kehancuran negara. Dan kelak, mereka yang menang dan kalah sama-sama buntung -itu pasti.
Dalam situasi begini, muncul satu kebutuhan yang sangat mendesak. Anak-anak bangsa wajib hukumnya melawan pembusukan politik di tingkat elit dengan membiasakan budaya ‘membaca dengan membaca sedalamnya’.
Orang Islam memiliki warisan iman yang luar biasa, namanya I Q R A.
Pemesanan:
0 Response to "Khilafah Vatikan"
Post a Comment