Bertemu Islam di RS Haji Surabaya
“Hatiku
sumringah bertemu sesosok Islam yang membuat saya percaya pada kemuliaan Islam”
Apabila melangkah masuk
ke dalam Ruang Rekam Medik RS Haji Surabaya, mata anda seketika akan ‘bertemu’
dengan pengumuman yang ditempatkan di tiang tengah-tengah ruangan. "Anda
dilayani dalam waktu 5-10 menit", demikian kata kata yang terpampang
dengan sangat jelas.
Penempatan pengumuman
yang sangat mencolok begini mengandung risiko. Setiap institusi yang berani melakukannya
hanya punya dua pilihan: basa-basi atau sungguh-sungguh. Tidak ada daerah
abu-abu, tidak ada kesempatan untuk berdalih. Artinya, RS Haji Surabaya
sangat berani dan yakin dengan komitmen melayani dari para staf dan tenaga medis.
Hari masih pagi, saya masuk ke
dalam Ruang Rekam Medik untuk kedua kalinya. Kali pertama manakala mengurus
pendaftaran beberapa bulan lalu. Setiap orang melayani dengan
sangat ramah. Seorang satpam tampak berjaga di dekat mesin
pendaftaran. Beliau dengan sigap menjelaskan segala sesuatunya. Masih kuat membekas pengalaman perdana di rumah sakit yang dikelola Pemkot Surabaya arahan Walikota Risma ini.
Kulihat staf ruangan sedang
melayani beberapa orang. Beberapa orang tampak antre menunggu giliran dilayani. Saya pun menempatkan diri di belakang mereka. Mata saya kembali ingin mengeja kata kata pengumuman di tiang itu. Timbul
pikiran untuk memberi ‘ujian’ apakah pelayanan yang diberikan memang sama
dengan beberapa bulan lalu.
Saya sudah masuk ke
dalam sejumlah rumah sakit di berbagai kota di tanah air termasuk di luar
negeri, sebagian untuk mengantar keluarga atau tetangga yang sedang membutuhkan
jasa medis. Tingkat kepuasan sangat bervariasi. Salah satu yang kerap menjadi
ukuran saya (benchmarking) adalah RS
Katolik Panti Rapih Yogyakarta. Saking sukanya dengan cara tulus para perawat melayani
pasien serta keluarganya, saya mempublikasikan sebuah tulisan berisi pengalaman
pribadi saat mengunjungi anak teman saya yang sedang opname di sana.
(Baca juga: Rumah Sehat Panti Rapih Yogyakarta)
Tidak lama harus menunggu, seorang petugas memanggil saya untuk mendekat. Seorang wanita berhijab merah terang, cocok dipadu dengan baju senada, tersenyum ramah dan berkata, “Selamat pagi, mas, apa yang bisa dibantu?”
(Baca juga: Rumah Sehat Panti Rapih Yogyakarta)
Tidak lama harus menunggu, seorang petugas memanggil saya untuk mendekat. Seorang wanita berhijab merah terang, cocok dipadu dengan baju senada, tersenyum ramah dan berkata, “Selamat pagi, mas, apa yang bisa dibantu?”
Duh
mak!
Ada berapa banyak petugas yang mengucapkan kata kata ini setiap hari? Namun,
berapa banyak yang mengucapkannya dengan tulus? Perasaan tidak bisa dibohongi.
Konsumen selalu tahu apakah sebuah ucapan keluar dari hati yang melayani atau sekadar
kebiasaan bahkan keharusan customer
service. Melayani dengan hati, melayani dengan cinta kasih, inilah yang selalu
ditekankan oleh sahabat-mentor saya, bunda Magdalena Sukartono, seorang trainer
energik dari Yogyakarta yang banyak memberi pelatihan di berbagai rumah sakit di
Indonesia. Sebanding dengan RS Katolik Panti Rapih Yogyakarta, demikian batinku.
Kepada petugas tersebut, saya menjelaskan
keperluanku yang agak ribet. Beliau perlu mencari di tumpukan rekam medik, sebuah
pekerjaan ekstra yang membutuhkan kesabaran. Sekaligus, tanpa sengaja, semacam
suatu ujian bila sistem penyimpanan rekam medik RS Haji Surabaya telah mengikuti
berbagai standard dan prosedur manajemen rumah sakit modern atau belum.
![]() |
Menunggu petugas yang masuk ke dalam ruang penyimpanan |
Tersedia waktu hingga 5 menit
untuk menunggu. Pikiran saya mulai menghitung. Minimal ratusan ribu dokumen medik tersimpan di ruang penyimpanan. Kalau sistem katalog tidak rapi dan efisien, 5 menit rasanya tidak bakal mencukupi.
Kuambil tempat duduk yang masih kosong. Di belakang, beberapa orang sudah menunggu kembalinya wanita
berhijab, sang petugas Islam yang ramah, yang barusan bergegas ke dalam ruang
berkas-berkas disimpan. Lewat 5 menit, orang-orang mungkin akan gelisah karena
mereka mestinya telah turut membaca pengumuman tersebut.
Kutandai jam untuk
meninjau waktu yang terpakai.
Mendadak suara tulus
yang sama terdengar memanggil. Sungguh saya terkejut dan tidak langsung berdiri. Mata melirik jam di dinding. Belum semenit! Senyumku mengembang kepadanya - sangat gembira.
Entah apa resepnya secepat itu bisa menemukan berkas-berkas di antara ratusan ribu dokumen. Sekali lagi, RS Haji Surabaya mampu membuktikan kepiawaiannya dalam melayani dengan hati. Bukan sekadar slogan, saya buktikan langsung. Bahkan waktu tertulis
sebenarnya kelamaan. Saya dilayani dengan senyum cantik, suara ramah dan
prosedur efisien. Belum 60 detik, urusan kelar.
(Baca juga: Logam Buat Dewi)
(Baca juga: Logam Buat Dewi)
Senyum kegembiraan setulusnya kepada wanita berhijab yang telah mewakili efisiensi pelayanan di institusinya. Senyumku bermakna ganda, bukan sekadar kepuasan seorang konsumen. Jauh di kedalaman batin, hatiku merasa sumringah bertemu Islam istimewa, bertemu
sesosok Islam yang membuat saya percaya pada kemuliaan agama Islam.
Bagi seorang Kristen
di negeri yang sangat saleh (dan terkadang hiper religius) ini, rasanya seperti
musafir menemukan oase manakala jenuh sekali bahwa isi media hanya serangkaian ancaman
dan tebar permusuhan seperti musyrikisasi Bupati Dedi atau munafikunisasi Walikota
Ridwan Kamil. Jangan tanya seberapa bosannya saya membaca litani klaim yang
katanya orang Islam tetapi hobinya logika absurd, intimidasi, kebencian, hoax, pengkafiran bahkan menghalalkan
kekerasan dan kabur begitu saja.
Wanita berhijab merah
terang, sekali lagi, menegaskan apa yang saya yakini selama ini bahwa Islam misuh-misuh dengan modal hoax dan pengkafiran, yang belakangan
begitu vulgar hendak mendominasi wacana publik, merupakan anomali politik dan kejanggalan kultural. Mereka memang mengeskpresikan Islam tetapi merepresentasikan Islam
minoritas.
Islam adalah salah
satu multi DNA kultural dalam proses tumbuh-kembang saya. Dibesarkan di negeri
Merauke, Papua, dalam lingkungan lintas SARA, perbedaan agama tidak pernah menjadi
persoalan serius. Tidak pernah terdengar anak-anak sesama teman sepermainan mengatakan
‘kamu kafir atau Kristen kafir’. Yang kami
ketahui adalah sebagian orang Kristen, sebagian Islam, sebagian Konghucu, sebagian
Buddha-Hindu, dan kitorang basodara Indonesia.
Sekarang ini, begitu
banyak generasi muda Islam membenci sebab bangga akan superioritas keislamannya.
Sangat mengerikan! Menakutkan! Berdiri bulu roma!
Jujur, saya sampai kehilangan
kata memahami bagaimana Islam dibajak secara brutal ini. Yang jelas, wajib
hukumnya dilawan!
Ijinkan saya mengajak siapapun
-lintas SARA- untuk berani menjadi suara jernih dan ekspresi cinta kasih -oase
ketulusan- di tengah-tengah tindihan kebencian dan pembusukan akal sehat ini. Rumah Sakit Haji Surabaya adalah satu tempat yang tengah menyiarkan cinta kasih lintas sesama.
(Baca juga: Buya Maarif: Manusia Emas Agamanya Islam)
Jual Tenun & Batik Rose'S Papua
(Baca juga: Buya Maarif: Manusia Emas Agamanya Islam)
Jual Tenun & Batik Rose'S Papua
0 Response to "Bertemu Islam di RS Haji Surabaya"
Post a Comment