Cara Mempermalukan Ustad Felix Siauw dan Diri Sendiri


Jangan mempermalukan Ustad Felix Siauw
Antusiasme dalam bela agama merupakan hal terpuji dan sudah seharusnya menjadi bagian dari perilaku keagamaan seseorang. Di sisi lain, setiap tindakan mengandung sejumlah risiko khususnya bias (penyajian bahan yang dipenuhi prasangka) dan  fabrikasi kebohongan. Alih-alih mempromosikan, anda mungkin justru mempermalukan yang bersangkutan dan diri sendiri sebagaimana dalam kasus Ustad Felix Siauw, seorang mualaf Tionghoa penuh semangat, yang secuil kisah hidupnya akan kita singgung di bawah ini. Penting digarisbawahi bahwa tulisan ini bukan hendak mendiskreditkan namun melakukan kritik atas sebuah fenomena sosial.

Ustad Felix Siauw adalah seorang mualaf yang bersaksi bahwa sejak masa mudanya dia telah aktif mencari kebenaran dasariah dari eksistensi manusia di dunia fana ini. Dalam sebuah tulisan, saya menjumpai kisah menginspirasi bahwa dia mengajukan tiga pertanyaan pokok, yaitu 'Dari mana asal kehidupan ini;  Untuk apa kehidupan ini diciptakan; dan Seperti apa akhir dari kehidupan ini.

Kata-kata di atas sebenarnya menggambarkan pergulatan klasik yang telah dipertanyakan sejak ribuan tahun silam seperti terekam dalam tradisi filsafat dan/atau teologi Cina, Mesir Kuno, Aztek, India dan perbagai peradaban tua lainnya. Dalam periode selanjutnya, ketiganya ditelaah secara intens dalam filsafat Yunani dan filsafat-teologi Kristen yang membuka jalan bagi lahirnya berbagai disiplin ilmu modern baik sains maupun humaniora (kemanusiaan).

Kita bisa mengilustrasikannya dengan biologi yang dalam taxonomi digolongkan sebagai ilmu kehidupan (life science). Para biolog dituntun  pertanyaan-pertanyaan serupa berikut serangkaian turunannya dalam proses belajar, riset  maupun eksperimentasi. Berkat disiplin dan komitmen ilmiah, mereka telah berhasil menguak banyak rahasia alam seperti struktur dan pola kerja DNA (Asam Deoksiribonukleat) yang menjadi unsur pembangun organisme termasuk manusia.

(Baca juga: Sang Cahaya di Tanah Sunda)

Hal ini juga yang membawa berbagai panel pakar, organisasi maupun individu untuk bergabung dalam proyek penelitian luar angkasa, formasi geologis planet-planet dan upaya menemukan bentuk-bentuk kehidupan di luar bumi (exobiology).

Ustad Felix Siauw dengan demikian merepresentasikan kegelisahaan eksistensial setiap manusia di segala jaman yang mencari makna keberadaaannya, detak nadi kehidupan di muka bumi yang hendak mengenal kenyataan terdalam dirinya. Berbagai tradisi sastra di berbagai jaman dan lokasi pun telah mengabadikan pencarian jati diri dalam kisah-kisah sangat indah seperti Epik Gilgamesh (Mesopotamia atau kurang-lebih Iraq sekarang) yang dianggap sebagai salah satu karya sastra puncak dalam awal sejarah.

Pada suatu momen pencarian, dikisahkan betapa dia kemudian menemukan jawaban-jawaban yang tidak memuaskan dalam agama Katolik yang ia anut, berubah menjadi semacam agnostik dan akhirnya mempelajari Islam saat kuliah di IPB (Institut Pertanian Bogor). Penemuan ini patut dirayakan karena membutuhkan keiklasan dan keberanian untuk menempuhnya.

Sayang sekali, perjuangan Ustad Felix Siauw justru kerap didangkalkan oleh semangat bela agama yang dilakukan sejumlah orang secara bertubi-tubi. Coba tengok meme yang saya temukannya secara tidak sengaja di sebuah group Facebook yang saya ikuti. Status seperti ini, berupa foto, kata-kata bijak atau kata-kata mutiara, sudah terlalu masif beredar dan merusak banyak pikiran dan tenunan sosial kita.

(Baca juga: Takut Patung Berarti Cinta Allah?)


Saya tidak bisa memastikan motivasi sesungguhnya dari para pembuat dan penyebar meme atau tulisan bernada sejenis. Akan tetapi, semangat bela agama sangat menonjol sebagaimana jelas dalam berbagai komen dan ironisnya, kerapkali diartikan 'kewajiban' memprovokasi, mengintimidasi bahkan bila perlu menista agama lain, yang dalam hal ini adalah agama Kristen.

Kalau kita cermati, meme ini potensial merusak gambaran hakikat diri dan  hubungan pribadi dengan Allah sang Maha Kasih yang telah ditemukan. Sebaliknya, sebuah antiklimaks ketika dijadikan alasan-alasan konyol untuk merendahkan agama-agama di luar Islam. Bukankah yang dia temukan adalah kebenaran, dan kebenaran tersebut mengajarkan pemeluknya untuk mencintai sesama, bekerja bersama setiap orang yang berkehendak baik dan menjadi nur, sang cahaya, dan rahmat bagi dunia?

Kita harus berani melawan dan melucuti semangat bela agama absurd model begini. Kita harus tegas mengkritik, melucuti dan membongkar cara berdakwah yang secara tidak sengaja menjadi 'cara mempermalukan' ulama dan diri sendiri ini. 

Ustadzah Irene Handoyo bukan mantan biarawati, dia hanya seorang postulan yakni tahap awal dalam proses pendidikan untuk bisa diterima dalam konggregasi atau biaranya. Panjang ceritanya, belasan tahun, sebelum seseorang menjadi biarawati.

Beliau juga bukan Kristolog, sebuah kepakaran akademis yang harus setingkat doktor. Ustadzah Irene belum belajar apa-apa, hanya sekelas pengantar teologi atau filsafat, belum jua mencapai ilmu teologi atau filsafat apalagi spesialis untuk disebut kristolog.

Kristologi sebagai ilmu juga mustahil dipelajari begitu saja atau karena hapal Kitap Suci. Ada banyak orang di kalangan umat Kristen yang fasih ayat-ayat Injil seperti Zakir Naik namun tidak bakal berani menyebut diri kristolog.

Ustad Felix Siauw yang paling ngawur dituliskan.  Sejak kapan dia sekolah teologi-filsafat sebagai syarat awal menjadi pendeta? Seperti halnya menjadi biarawati, seseorang butuh menjalani berbagai tahapan selama bertahun tahun sebelum dilantik menjadi pendeta. Konyolnya lagi, jelas sekali bahwa dia dulunya penganut agama Katolik. Pendeta adalah sebutan untuk ulama Kristen Protestan sedangkan ulama Kristen Katolik sebutannya pastor atau romo. Kecuali, tentunya, dia 'pernah' menyeberang dari Katolik menjadi Protestan, tetapi kapan?

Untuk dua yang lain, saya tidak tahu tetapi sudah cukup sampai di sini.

Meme sesungguhnya merupakan KEBOHONGAN BRUTAL dan hanya mempermalukan diri sendiri, dan kalau pemilik status Islam, ia secara telanjang sedang mempermalukan Islam.

(Baca juga: Galeri Foto Paling Menakutkan)

Dunia kita makin jahat, muncul 'angkatan jahat' yang membesetin agama(nya) tanpa rasa salah dan malu. Dalam psikologi dekat dengan berbagai kecenderungan yang menggambarkan psikopat.
Mungkin perlu sub definisi dalam kategori psikiatri, sebutannya: psikopat religius (religious psychopath). Mereka inilah yang menakutkan serta mencitrakan wajah Islam yang sangar.
Menyedihkan sekali dan kita tidak bisa membiarkan hal ini berlangsung seakan kebenaran.


Jual Tenun & Batik Rose'S Papua
kata bijak motivasi singkat cinta kehidupan mutiara islami mario teguh sabar dalam kisah nyata




Pemesanan:

082-135-424-879/LINE
5983-F7-D3/BB
Inbox Rudy Ronald Sianturi 


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cara Mempermalukan Ustad Felix Siauw dan Diri Sendiri "

Post a Comment