Kata Mutiara Domba dan Serigala

"Aku mengutus kamu bagai domba ke tengah-tengah kawanan serigala"
Kata Mutiara di wajah seekor domba
Ketulusan memancar dari mata sang domba
Kata mutiara adalah salah satu dari beragam cara untuk merasakan keindahan dan kebenaran apabila kita hendak membaca atau melakukan proses iqra terhadap sebuah perkataan. Sebuah peringatan harus segera dikatakan sebab seringkali makna yang sedang kita gali tersebut tidak cocok atau kurang sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Kata mutiara kadangkala menimbulkan pertentangan atau salah sangka. Banyak orang mengira bahwa apabila pribadi agung semisal nabi mengatakan ujar-ujar, hal itu tentang dirinya. Tidak salah berpikir seperti ini, namun perlu diingat bahwa sekalipun kitap suci pada dasarnya tentang Allah sendiri, kebenaran yang sedang diwahyukan justru tentang kita sebagai umat dan seorang manusia.

"Aku mengutus kamu bagai domba ke tengah-tengah kawanan serigala" (atau serigala berbulu domba), adalah sebuah sabda yang diucapkan Yesus 2000 tahun lalu. Kalau dibaca beberapa kali supaya sang kata mutiara menyembulkan dirinya di dalam benak, kita pasti merasakan 'keanehan' atau kegelisahan di dalamnya. Bagaimana mungkin domba disandingkan dengan serigala? Bagaimana mungkin domba boleh dipertentangkan dengan predatornya?

(Baca juga: Melawan Kasih Kambing Domba Tersesat)

Sekali lagi, ada berbagai cara untuk memahami dan menguak makna termasuk kata-kata yang terasa tidak biasa ini. Domba seringkali menyimbolkan ketulusan, keuletan dan keinginan untuk membentuk masyarakat atau pertemanan yang sebesar-besarnya. Sebaliknya, serigala menggambarkan kebuasan, kelicikan atau kecerdikan dan egoisme yang siap memecah perkawanan para domba dan memangsanya satu per satu tanpa belas kasihan.

Kata mutiara kehidupan yang dikatakan Yesus di atas mengisyaratkan sisi terbrutal dalam setiap upaya menegakkan kebaikan, keindahan dan keadilan bagi setiap orang, bahwa seseorang akan dikepung, dikecoh bahkan dimangsa predator-predator. Namun demikian watak panggilan untuk bersaksi apalagi di jaman serba instan ini. Seorang nabi tidak bakal meminta rasa aman-nyaman namun Roh Kudus untuk membakar dan meneguhkan perlawanan.

Domba dan serigala, sebuah perbandingan yang mungkin menimbulkan sinisme bagi sebagian orang. Akan tetapi sifat-sifat terbaik dari keduanya sebenarnya sangat diperlukan apalagi dalam konteks Indonesia kontemporer yang dipenuhi pertentangan, perseteruan dan kebencian tanpa alasan-alasan rasional ini.

(Baca juga: Surat Cinta Kekasih Islam)

Dari para domba, kita belajar tentang pentingnya perkawanan yang sepikiran dan sehati karena survival kawanan merupakan urusan dan tanggung-jawab setiap anggota. Untuk itu diperlukan keterbukaan dan kesediaan menerima sesama secara tulus. Dari serigala, kita bisa menyerap sifat-sifat cerdik, koordinasi kelompok dalam melakukan tugas-tugas demi kesejahteraan bersama, kesabaran dan komitmen dalam mencapai tujuan serta ambisi yang kuat untuk mewujudkan niatnya.

Apabila kita kombinasikan dan tempatkan dalam upaya-upaya serius dari anak-anak bangsa menjawab tantangan jaman ini, domba dan serigala merupakan dua karakter yang sangat diperlukan, tentunya tanpa mengambil hal-hal negatif dari keduanya.

Sebagai ilustrasi adalah banyaknya anak muda yang begitu bersemangat beragama yang mereka artikan sebagai hanya agama yang kuanut yang berhak hidup di Republik ini sedangkan agama-agama lainnya sekadar menumpang. Pola persepsi yang menimbulkan semangat bela agama yang berlebihan ini bisa kita istilahkan sebagai 'terlalu serigala'.

Sebaliknya sebagian generasi muda mengambil sikap 'terlalu domba', yaitu pasrah pada keadaan, pasif bahkan apatis secara sosial-politik dan menutupi ketidakberdayaan dalam perilaku yang overreligious seperti secara masif mengajak mendoakan orang-orang yang menindas mereka tanpa disertai tindakan-tindakan asertif.

Pada titik ini, kita menjadi lebih menyadari relevansi dari perkataan yang diucapkan jauh di masa lampau. Kegelisahan yang kita rasakan tadi justru memang diperlukan untuk mengguncang kita dari cengkraman zona nyaman dan mulai bergerak membuat pilihan-pilihan yang lebih bermakna. Itulah tantangan sekaligus panggilan bagi setiap orang yang tulus mencintai bangsa ini.

Yesus jelas sekali tidak menginginkan pembantaian. Dia bukan hendak mengorbankan domba-domba untuk dilahap dan dimusnahkan oleh taring-taring buas serigala-serigala. Dia sedang menghardik setiap orang untuk bangkit dan memberanikan diri melawan ketidakadilan, untuk berani meluruskan yang bengkok, untuk berani menyuarakan kemanusiaan dan keberadaban.

(Baca juga: Ketika Generasi Muda Disodori Komunisme: Religius Maksimal, Substansi Minimal)

Terlepas dari label agama, apa yang kita sedang perbincangkan ini lebih sebagai kata mutiara sahabat. Dan sungguh, saya melihat betapa sedang tergenapi. Banyak orang, lintas SARA, telah berani menjawab berbagai ragam panggilan kenabian dalam konteks Indonesia dewasa ini. Teman-teman Muslim sebagai mayoritas pun telah banyak yang 'turun gunung masuk gelanggang'. Roh perlawanan terhadap pertentangan sedang mengambil bentuknya sebagai energi publik!

Kita membutuhkan lebih banyak orang-orang yang 'bermental domba dan serigala' dalam perjuangan bersama. Mereka harus memiliki keberanian bersekutu dan berkoordinasi lintas golongan, agama dan suku karena kebuasan serigala-serigala beranak-pinak dengan cepat dan teror serta kerusakan yang mereka akibatkan sifatnya multi dimensi. Sekaligus, orang-orang ini juga berperan menghardik orang-orang yang bermental terlalu domba.


Jual Tenun & Batik Rose'S Papua
kata bijak motivasi singkat cinta kehidupan mutiara islami mario teguh sabar dalam kisah nyata



Pemesanan:

082-135-424-879/WA
5983-F7-D3/BB
Inbox Rudy Ronald Sianturi 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kata Mutiara Domba dan Serigala"

Post a Comment