Veronica Mendapat Anugerah Gambar Yesus di Atas Kain Doa

Veronika Mendapat Anugerah Gambar Yesus berkat kesetiaannya

Gambar Yesus, hanya itu yang berkecamuk di benak. Badannya kecil dan kian mengerdil terhimpit massa. Dia adalah sehelai daun yang terputus dari ranting dan tersungkur ke tengah-tengah pusaran arus. Ratusan ribu orang bergerak dalam kobaran amarah mengganas. Gendang telinga nyaris meledak. Letusan-letusan kegembiraan di sekitarnya tak lumrah manusia.

Sesungguhnya dia merasa sangat ketakutan. Namun lebih menakutkan bila tak menampakkan wajah pada lelaki yang telah merebut segenap perasaannya. Dia menerabas di antara badan-badan basah berkeringat yang berjingkrak-jingkrak tanpa gentar lagi. Dia harus melihat saya.

Sesuatu mendesing di udara dan meluncur deras ke arah dia. Seseorang di seberang jalan melempar sebutir tomat busuk ke arah lelaki itu namun meleset dan meledak di pelipisnya. Seketika bau menyengat mengotori pakaian ungu yang ia kenakan. Beberapa lelaki berpakaian putih bersih bersungut-sungut. Seorang di antaranya membentak dengan kasar, “Dasar perempuan dungu!” katanya sambil mengibas lengannya dengan garang.

Massa kian menyemut seakan menonton parade bunga. Mereka bersorak-sorai untuk setiap lemparan yang tepat sasaran. Mereka tertawa terbahak-bahak apabila lemparannya justru mengenai kerumunan massa di seberang. Tampaknya sebuah heroism karena anak-anak pun kegirangan menerjangkan apa saja yang ada dalam genggaman. Di sepanjang jalan itu, Via Dolorosa, tomat busuk, telur busuk dan kerikil-kerikil tajam berceceran dalam genangan air comberan yang disiramkan ke wajah lelaki itu. Warnanya sudah memerah, tidak lagi hitam, bercampur darah meleleh dari sekujur tubuhnya.

Veronica bergegas menjauh dari sergapan jalang kelompok lelaki berjubah putih. Upaya dia hanya sia-sia karena mereka ada di mana-mana. Mereka sesungguhnya adalah kaum penyelenggara pesta rakyat yang mencucurkan darah lelaki itu. Golongan khusus, demikian terbetik berita, mereka adalah kaum saleh yang telah mempelajari kitap-kitap sebagaimana yang ditulis nabi-nabi. Kata-kata mereka ibarat kalam Tuhan dan diamini massa yang menjadi pengikut setia mereka. Bahkan katanya, makian yang mereka lontarkan atas nama agama Allah dianggap setara dengan perintah Musa.

Gambar Yesus, kembali mendengung di benaknya. Veronica tahu bahwa hari menjelang perayaan Sabat sesuai perintah Musa. Lelaki itu akan dikorbankan dengan tergopoh-gopoh sebab Sabat dikhususkan bagi Tuhan, tidak boleh ada kegiatan apapun. Orang-orang berjubah putih itu tetap mengingat kesucian Allah bahkan ketika mereka mensponsori kekejian.

Ini sebuah kasus istimewa, semua orang tahu. Lelaki itu telah menyembuhkan ribuan orang sakit dan menyediakan daging dan telur bagi anak-anak miskin. Dia telah mencelikkan mata orang-orang buta bahkan yang buta secara batiniah. Dia telah mengusir roh-roh jahat dan mengunjungi orang-orang tua miskin yang terlantar. Dia menghadirkan harapan dalam kehidupan banyak orang. Dan ketika ditanya mengapa melakukan semuanya itu, ia menjawab, “Karena Bapaku mengasihi kamu”.


Sungguh penistaan agama! Ahli-ahli agama diterjang gempar mendengar kata-kata dia. Orang ini berani mengaku sebagai anak Allah? Veronica tahu bahwa hakim-hakim telah menjatuhkan hukuman sebelum dakwaan dirangkai, begitulah kebiasaan kaum jubah putih demi membela agama. Maka ia harus merekam wajah lelaki itu dalam ingatannya sebelum mereka mengasingkannya bersama golongan penjahat, pemerkosa, koruptor dan teroris.

Massa makin menggila melihat tetesan darah. Mereka menginginkan lebih banyak darah. Mereka bilang, Allah ingin membantai! Mereka teriak-teriak, Allah bernafsu menggorok batang leher! Beberapa orang tidak peduli dengan kehadiran tentara. Satu per satu merangsek maju dan menyilet tubuh dan wajah lelaki itu dengan sembilu sambil menyumpah-nyumpah. Perempuan-perempuan yang peka dengan tata krama bergegas menutup mata dengan ujung tudung mereka sembari turut bersorak.

Veronica kembali merasa begitu terkucilkan dan ketakutan. Tetapi dia menguatkan hati. Dia harus melihat saya, kata-kata ini melebihi kuatnya intimidasi lautan manusia-manusia kalap.

Ribuan tentara berbaris di sepanjang Via Dolorosa yang memanjang hingga Bukit Golgota atau yang disebut juga, Bukit Tengkorak. Ribuan orang telah dihukum mati dengan cara disalib dan tulang-belulangnya bertumpukan bersama pasir dan debu. Ribuan tentara membentuk pagar betis supaya rakyat bisa menikmati orgi massal dengan leluasa.

Jalan mulai menanjak, massa makin membludak. Lelaki itu sudah kehabisan tenaga. Wajahnya tidak berwajah lagi, seperti disengat sejuta tawon. Nafasnya terengah-engah. Dia telah terjatuh berkali-kali. Di sepanjang Via Dolorosa, dia dicambuki, ditendang dan ditusuk dengan tombak-tombak penjaga. Dia mengangkat tubuhnya dari bawah salib berat yang menindihnya, terjerembab lagi dan berdiri lagi. Darah kembali mengucur dasyat dari lubang-lubang di kepala yang ditembusi mahkota bunga berduri yang ditancapkan alat-alat kuasa ke kepalanya.

Sebuah wajah tanpa wajah di antara seringai wajah-wajah. Sebuah wajah hanya sebongkah debu bercampur jus tomat busuk, kuning telur berbau dan serpihan-serpihan kerikil. Bukan gambar Yesus lagi.

Air mata Veronica mengalir deras. Baju ungu yang ia kenakan basah kuyup. Lelaki tak berwajah itu telah mengajarkan dia arti terdalam dirinya sebagai perempuan mulia yang patut mendapat cinta Allah. Sebelum tubuhnya disesah, sebelum tubuhnya dipasung di atas salib, dia harus melihat wajahku, kembali kata-kata ini menguasai kesadarannya.

Lelaki itu sudah di ujung daya tahan. Dia terjatuh di atas ke dua lututnya, bahunya tertindih salib. Kepalanya menunduk menghormat ratusan ribu orang yang mengekstrasi setiap lapis kemanusiaannya untuk kesenangan mereka. Puncak Bukit Golgota tampak mengintip.

Hati Veronica brutal berdegup seakan hendak melobangi dadanya dari dalam. Ia meneguhkan diri dan melangkah maju ke tengah jalan. Seorang tentara hendak mencegah, sayang terlambat. Seorang perempuan berbaju ungu telah berdiri di tengah jalan. Tindakan dia sungguh di luar dugaan. Seketika orang-orang menahan suara. Via Dolorosa menghening dengan kejinya, tiada seorang pun yang berani menyuarakan nafasnya. Tak lagi lemparan, tiada lagi cemooh. Tengok dari atas bukit, selarik angin berkesiur turun untuk mengiris kediaman yang tidak lumrah manusia. Perempuan paling berani sejagat sedang memberi sang lelaki sebuah senyum.

Lelaki tanpa wajah mengangkat muka. Dia melihat perempuan yang oleh imannya telah mendapat anugerah kasih Allah. Bibirnya sudah tidak sanggup melukis senyum di wajah. Tetapi ia masih punya sepasang mata yang mengukirkan kata-kata penghargaan atas keberaniannya melawan arus bergejolak.

Veronica sudah tidak peduli dengan ancaman massa. Dia melangkah maju. Di tangannya tergenggam sebuah kain putih yang biasa ia pakai sebagai alas doa. Dia berlutut di depan lelaki tak berwajah. Kedua tangannya bergerak lembut menyapu wajah itu. Dia menyeka darah, ludahan dan bau dari situ.

Alat-alat kuasa dirasuki histerisme. Mereka bergegas berlari ke arah sepasang manusia itu dan merenggut kasar Veronica dari lelaki yang telah memberinya kasih terbaik. Lelaki itu tersenyum kepadanya dengan tatapan mata terima kasih untuk sebuah kesetiaan paripurna.

Pesta rakyat dilanjutkan, orang-orang menari kegirangan. Penyaliban tinggal menunggu waktu. Veronica terduduk di tengah-tengah ratusan ribu pasang kaki yang bergerak seperti air bah. Air matanya deras membasahi kain yang barusan dipakai untuk mengelap wajah lelaki itu. Setidaknya ia sudah melihat dia di penghujung waktu dan merekamnya kuat-kuat.

Namun sesuatu sedang terjadi khusus buat dirinya. Di atas putih kain doa yang basah oleh air matanya, yang telah dikotori sisa darah dan kebusukan, muncul sebuah wajah agung yang menatapnya dengan cinta lembut: Gambar Yesus.

Selamat Ulang Tahun ibu Veronica Tan ~



Jual Tenun & Batik Rose's Papua


kata bijak motivasi singkat cinta kehidupan mutiara islami mario teguh sabar dalam kisah nyata

Pemesanan:

082-135-424-879/WA
5983-F7-D3/BB
Inbox Rudy Ronald Sianturi 



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Veronica Mendapat Anugerah Gambar Yesus di Atas Kain Doa"

Post a Comment