Pincang Ndeso ke Ulama Laskar Kristen Pembela Allah dan Kemanusiaan

“Kesalehan oleh perasaan dan tindakan yang mempromosikan keluhuran Allah”

13 Juli 2017, tujuh pemuda Indonesia akan mempersembahkan diri sebagai imam baru Ordo Serikat Yesus (SJ) untuk makin memuliakan Penciptanya sebagai ulama-ulama laskar Kristen pembela Allah dan kemanusiaan dengan mengalahkan kejahatan di dunia ini.


Ordo atau Konggregasi

Ordo atau konggregasi adalah organisasi religius dalam gereja Katolik bagi orang-orang Kristen yang hendak mengabdikan seturut nasehat Injil demi kemuliaan Allah. Ada banyak ordo atau konggregrasi, masing-masing memprioritaskan karya pelayanan tertentu. Serikat Yesus banyak melibati dunia pendidikan dan pemberdayaan sosial budaya, baik sebagai imam, dosen, pendidik, peneliti, penulis, cendekiawan atau budayawan.

Setiap anggota ordo atau konggregasi mengucapkan tiga kaul yang merupakan tiga keutamaan kristiani dalam kehidupan iman Kristen, yaitu ketaatan, kemiskinan dan kesucian (hidup selibat atau tidak menikah seumur hidup demi pengabdian total pada Allah). Sebutan lain untuk para anggota adalah pastor atau biarawan (pria) dan suster atau biarawati (perempuan). Ada juga yang disebut bruder yaitu awam yang menjalani hidup membiara, bukan sebagai imam atau pastor.

Gereja Katolik dan umatnya menyambut tujuh orang pemberani ini dengan sukacita. Jalan panjang telah mereka tempuh setiap liukan tajamnya semata mengandalkan kehendak Allah dan 'nyali singa Serengeti'. (baca juga: Kening Tidak Berdusta)

Sejarah Berdirinya Serikat Yesus

Serikat Yesus (SJ) berdiri tahun 1540, didirikan Ignatius, seorang bangsawan ndeso desa Loyola, Spanyol, namun berani mengumbar hasrat menjadi pemimpin besar penakluk dunia dan tentunya, bening-bening putri bangsawan Eropa.

Di usia 7 tahun, Ignatius Loyola kehilangan ibunda dan dibesarkan oleh Maria de Garin, istri seorang penempa besi.

Jalan Tuhan bukanlah jalan manusia, demikian kata kata Injil. Saat perang Kastil Pamplona 1521, kanon yang dilepaskan pasukan Perancis meremukkan kaki Ignatius dan mengubahnya menjadi ksatria pincang ndeso.

Titik balik menyapa ketika manusia di tubir kehancuran. Sang Ksatria Pincang yang berhasrat menjadi playboy Eropa harus menghadapi kisah nyata hidupnya yang berubah total. Ia bahkan menjalani beberapa operasi yang di jaman itu tanpa anastesi – sangat menyakitkan dan membutuhkan nyali seekor singa. Untuk perintang waktu, ia meminta bacaan kesukaannya, yaitu kisah kepahlawanan dan percintaan. 

Apa lacur, Rumah Sakit hanya memiliki buku-buku tentang orang-orang kudus Kristen dan Yesus. Dan rupanya beginilah jalan bagi Allah untuk menjamah hati hambaNya dan membentangkan rencana-rencana besarNya. Enggan dan terpaksa membaca, Ignatius justru mulai tertarik dan akhirnya mencintai setiap kata di dalam cerita kekudusan orang-orang yang mengikuti Yesus.
kata bijak motivasi singkat cinta kehidupan mutiara islami mario teguh sabar dalam kisah nyata
Pastor Greg, Ulama Kristen Islamolog***
Ignatius sang bangsawan ndeso, tanpa diduga siapapun, memilih jalan mendaki sebagai ksatria Allah. Sensualitas dunia memudar. Pahala surgawi telah merebut seluruh orientasi hidupnya. (baca juga: Kata Mutiara Islam Edhi Pakistan)

Sadar bahwa menjadi ulama yang melayani Allah haruslah kompeten secara akademik, Ignatius kembali ke Barcelona, Spanyol, untuk belajar bahasa Latin, bahasa resmi Gereja jaman itu. 

Tanpa canggung, ia giat belajar, satu-satunya murid tua setengah botak di antara mayoritas anak-anak. Begitu selesai, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Alcala dan Universitas Salamanca yang masih berdiri hingga sekarang.

Selama proses pendidikannya, Ignatius banyak belajar spiritualisme dari para rahib kosen dan menjalani khalwat pribadi di Gua Manresa. Setiap tetes pengalaman rohani dicatat dalam jurnal yang kemudian disebut Latihan Rohani dan merupakan fundasi pendidikan rohani setiap pastor Jesuit.

Merasa dua universitas belum cukup membekalinya secara akademik, Ignatius bergerak ke utara menuju Paris untuk belajar teologi di Universitas Paris di usia 38 dan menggondol gelar Master Teologi di usia 44.

Menjadi Ulama Kristen

Menjadi ulama Kristen mengandaikan totalitas dan gemblengan keras yang bisa mencapai belasan tahun. (baca juga: Nona Pendeta Menjaga Keutuhan NKRI)

Dalam Injil Kristen, Allah bertindak bagai sang Mpu menempa karakter seseorang hingga dari logam menjelma keris mestika - mengingatkan kisah Ignatius yang dibesarkan dalam tradisi penempa besi.

7 ulama baru, 7 Singa Serengeti, mengikuti jalan mendaki Ignatius Loyola yang dengan kehendak raksasa mengubah dirinya dari si Pincang Ndeso menjadi 'Imam Besar dan Ulama Laskar Kristen Pembela Allah dan Kemanusiaan'. Nama-nama mereka akan tercatat dalam sejarah Serikat Yesus yang selama hampir 500 tahun telah menggarami dunia dengan berbagai karya pendidikan dan perjuangan demi anak-anak Tuhan.

13 Juli 2017, mereka berhak menyerukan motto Serikat Yesus "Ad Majorem Dei Gloriam (AMDG)”, kata kata dalam bahasa Latin yang artinya “demi kemuliaan Allah yang lebih besar".

Sungguh, tiada kesalehan sejati kecuali dia yang oleh pikiran, perasaan dan tindakannya mempromosikan keluhuran sifat-sifat Allah sang Kasih sang Damai.

Di luar itu, the real ndeso!

***Foto adalah Pastor Gregorius Soetomo SJ, Ulama Katolik Islamolog peraih gelar Master dan Doktor dalam ‘Sejarah Pemikiran Islam’ dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebelumnya beliau menempuh pendidikan filsafat di Jakarta dan teologi di Manila, Filipina.

kata bijak motivasi singkat cinta kehidupan mutiara islami mario teguh sabar dalam kisah nyata

 


Pemesanan:

082-135-424-879/LINE
5983-F7-D3/BB
Inbox Rudy Ronald Sianturi 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pincang Ndeso ke Ulama Laskar Kristen Pembela Allah dan Kemanusiaan"

Post a Comment