Kamu Sekaligus Sawah dan sang Petani: Mengelola Masa Lalu
“Sebaiknya
trampil menghadirkan masa lalu yang sudah terolah, positif maupun negatif”
Mengapa terkadang kita
bertemu dengan seseorang langsung merasa kesal atau bahkan benci? Padahal, itu
pertemuan yang pertama, belum pernah sebelumnya! Sebaliknya, kita juga pasti
mengalami momen bertemu dengan seseorang, juga buat pertama kalinya, namun
langsung suka bahkan seakan bertemu teman lama.Sebagian orang tergesa mengatakan sebagai fenomena supranatural, de javu. Mungkin saja. Sebagian lagi mengatakan hanya kebetulan, pas hati lagi bete. Mungkin saja. Akan tetapi, ada sebab lain yang lebih mendasar. Secara psikologis, itu karena ‘sebagian isi’ dari orang yang baru kamu jumpai itu membawa kamu kepada dirimu sendiri.
Aku punya pengalaman menarik yang terjadi beberapa bulan lalu dan baru kutuliskan saat ini. Ketika itu senja menua, aku bersiap-siap pulang dari sebuah pelatihan bisnis online yang aku ikuti. Badan sudah penat, seharian berjibaku melakukan banyak hal sesuai instruksi mentor. Yang kuinginkan hanya segera pulang, makan malam, menyeruput segelas jus avokad dingin dan mendengarkan lagu-lagu slow rock. Tetapi nasib berkata lain!
Sebuah pemandangan menarik membuncah di depan mata. Seorang anak menggali lajur-lajur dengan sigap. Badan bocahnya sedikit berkilat diserbu cahaya terakhir mentari. Tak kudapati banyak tanaman di situ, hanya segelintir kangkung dan bayam baru bertumbuh. Namun si bocah ini, senyumnya merekah di wajah seakan sedang melihat sebedeng tanaman bertumbuh - segar hijau-hijau.
Sikapnya ini menarik hatiku. Aku mendekat. Dia masih asyik mencangkul, sekelumit menyadari secuil kehadiran. Dia berhenti sejenak seakan menyambut kedatanganku. Cangkulnya berhenti, tidak lagi mencongkel tanah. Hanya itu. Dia menggali lagi.
Aku merasa geli. Bocah yang sangat menarik. Aku menyapanya riang, senang bagai bertemu teman lama saja, "Kamu lagi ngapain ya?"
Dia tidak langsung menjawab. Dia menunggu suaraku lenyap dulu dibawa angin. Dia menatapku dengan mata berbinar, separuh bertanya-tanya. Ekspresi di wajah tampak jenaka sekali. Tanpa canggung, ia bercerita. "Yang di sini, aku mau tanam kangkung. Yang di sana, aku mau tanam bayam. Kata bunda, biar pintar harus banyak makan kangkung dan bayam. Emang om mau?" tanya dia polos.
![]() |
Sang Petani |
Aku tertawa dengan
kepolosan ini, rasanya nyaman sekali menghabiskan sisa sore dengan cara ini.
"Yup, aku mau kog. Ntar aku masakin trus kita makan sama-sama ya."
Dia tersenyum puas. "Mau dimasak apa?" tanyanya lagi.
Dengan pasti kujawab, "Bisa cah kangkung, bisa juga tumis kangkung."
Matanya membelalak, mulut monyong. Tanpa kata pun, aku tahu artinya. Ia hendak memastikan bahwa bukan cuma bundanya yang bisa masak cah kangkung atau tumis kangkung. Biasa bocah, masakan bunda pasti paling lezat sejagat. Ini muncul seorang om, tahu-tahu dari balik mentari, mengaku punya keahlian yang sama?
“Aku juga suka bantu bundaku memasak, makanya aku bisa buatin kamu sayuran itu.” terangku dengan lembut. Dia mengangguk-angguk tanda paham.
Kami masih bicara banyak lagi sebelum aku ijin memotretnya. Tanpa ragu, ia bergaya. Dan senyumnya itu, spontan mengingatkan aku pada sesuatu yang sangat akrab.
Aku sadar, aku sedang bertemu dengan masa-masa kecilku saat belajar mencangkul, menanam dan merawat. Di belakang rumah kami, ada hamparan kebun luas. Di pojok dekat tanaman jeruk, aku membuat kebun kecilku. dengan sebuah sumur kecil, selebar mata bor yang kupakai untuk menggalinya.
Aku tanam banyak di situ. Ada cabe, kunyit, bawang merah dan tentunya, kangkung dan bayam. Dan bagian paling menyenangkan adalah saat membayangkan tiba saat panen. Dengan bangga aku membawa hasilnya ke dapur biar semua orang rumah boleh menikmatinya. Itulah sebabnya aku sejak awal merasa 'bertemu sahabat lama'.
Dia tersenyum puas. "Mau dimasak apa?" tanyanya lagi.
Dengan pasti kujawab, "Bisa cah kangkung, bisa juga tumis kangkung."
Matanya membelalak, mulut monyong. Tanpa kata pun, aku tahu artinya. Ia hendak memastikan bahwa bukan cuma bundanya yang bisa masak cah kangkung atau tumis kangkung. Biasa bocah, masakan bunda pasti paling lezat sejagat. Ini muncul seorang om, tahu-tahu dari balik mentari, mengaku punya keahlian yang sama?
“Aku juga suka bantu bundaku memasak, makanya aku bisa buatin kamu sayuran itu.” terangku dengan lembut. Dia mengangguk-angguk tanda paham.
Kami masih bicara banyak lagi sebelum aku ijin memotretnya. Tanpa ragu, ia bergaya. Dan senyumnya itu, spontan mengingatkan aku pada sesuatu yang sangat akrab.
Aku sadar, aku sedang bertemu dengan masa-masa kecilku saat belajar mencangkul, menanam dan merawat. Di belakang rumah kami, ada hamparan kebun luas. Di pojok dekat tanaman jeruk, aku membuat kebun kecilku. dengan sebuah sumur kecil, selebar mata bor yang kupakai untuk menggalinya.
Aku tanam banyak di situ. Ada cabe, kunyit, bawang merah dan tentunya, kangkung dan bayam. Dan bagian paling menyenangkan adalah saat membayangkan tiba saat panen. Dengan bangga aku membawa hasilnya ke dapur biar semua orang rumah boleh menikmatinya. Itulah sebabnya aku sejak awal merasa 'bertemu sahabat lama'.
![]() |
Penulis bersama adik bungsu di kebun keluarga |
Setiap orang punya
masa-masa formatif seperti ini, khususnya di masa bocah kamu. Ada banyak hal
yang terjadi, banyak pembelajaran yang sebagian besar barangkali belum sempat
digali ulang supaya diintegrasikan ke dalam kehidupan sekarang. Ada banyak
peristiwa terekam, positif dan negatif, sebagian belum terolah dan sangat
mungkin masih mengganggu tanpa kamu sadari. Sebagian lagi sangat membantu kamu
dalam kehidupan saat ini namun tidak kamu sadari sehingga daya ungkitnya belum
maksimal.
Saat kamu dalam tekanan, bergulat, merasa ragu atau bahkan diragukan, kamu bisa 'mengungsi' menghadirkan serangkaian momen positif untuk mendapatkan kembali keceriaan, semangat, keberanian dan inspirasi. Atau sebaliknya, serangkaian momen negatif justru menguat tanpa disadari dan makin memperburuk situasi kamu.
Kemampuan menghadirkan hal-hal dari masa lalu yang sudah terolah, positif maupun negatif, adalah sebuah ketrampilan, kalau tidak mau disebut kecerdasan luar biasa. Tetapi kamu perlu mempelajarinya. Untuk itu, kamu sebaiknya dibantu seorang coach atau terapis sebab ini menyangkut banyak aspek bawah sadar.
Sungguh sayang bila potensi kecerdasan emosional bahkan spiritual kamu terlunta-lunta dalam bawah sadar kamu, bukan?
Be your own farmer!
Jual Tenun & Batik Rose'S Papua
Saat kamu dalam tekanan, bergulat, merasa ragu atau bahkan diragukan, kamu bisa 'mengungsi' menghadirkan serangkaian momen positif untuk mendapatkan kembali keceriaan, semangat, keberanian dan inspirasi. Atau sebaliknya, serangkaian momen negatif justru menguat tanpa disadari dan makin memperburuk situasi kamu.
Kemampuan menghadirkan hal-hal dari masa lalu yang sudah terolah, positif maupun negatif, adalah sebuah ketrampilan, kalau tidak mau disebut kecerdasan luar biasa. Tetapi kamu perlu mempelajarinya. Untuk itu, kamu sebaiknya dibantu seorang coach atau terapis sebab ini menyangkut banyak aspek bawah sadar.
Sungguh sayang bila potensi kecerdasan emosional bahkan spiritual kamu terlunta-lunta dalam bawah sadar kamu, bukan?
Be your own farmer!
Jual Tenun & Batik Rose'S Papua
0 Response to "Kamu Sekaligus Sawah dan sang Petani: Mengelola Masa Lalu"
Post a Comment