Apakah Saya Muslim?
“Apakah saya (tetap) Muslim bila berhadapan dengan korupsi?”
Ada sejumlah 'pola serangan' gencar yang dilancarkan untuk membungkam daya kritis masyarakat. Sebagai misal adalah OTT terhadap gubernur Bengkulu dan istrinya, Dengan gaya pendakwah, kasus diredefiniskan sebagai aib, dan karena aib, pantang disiarkan. Bahkan memostingnya digolongkan nyinyir dan ghibah mengingat saatnya bulan suci Ramadhan.
Kasus korupsi berjamaah
soal pengadaan Alquran kemarin juga mengungkap pola serupa. Sejumlah orang
sibuk menceramahi publik tentang menutupi aib sesama disertai kutipan ayat.
Terselip dalam 'dakwah
aib' adalah semangat membela agama - katanya.
Sesat pikirnya sangat
telanjang, tetapi tekanan terhadap kekritisan dilakukan tanpa sungkan.
Seringkali pula saya dapati sikap 'menindas', cerminan relasi jender, yaitu
ketika perempuan diberi kuliah tentang ahlak mulia yang diridhoi Allah.
Perempuan menyoal
korupsi yang sangat mengancam masyarakat, lelaki bersikap sang penyelamat
perempuan dari ahlak buruk. Aneh sekali!
![]() |
Korupsi seperti pedang di leher, menebas siapapun |
Masyarakat sangat
terbiasa dengan perilaku koruptif dari bangun hingga tidur. Masih jarang
terlihat kesadaran bahwa korupsi adalah KEJAHATAN LUAR BIASA (extraordinary
crime). Dipikirnya korupsi sekadar aib dan pergunjingan.
Korupsi mendistorsi
ekonomi, sistem nilai dan keadilan sosial. Ia merusak kehidupan itu sendiri.
Makanya, korupsi merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (crime against
humanity).
Jadi beginilah definisi
ahlak mulia, yaitu aktif menyuarakan bahaya korupsi, mencelanya habis-habisan,
mengguncang apatisme dan tegas melawan serangan terhadap daya kritis publik.
Apalagi di bulan suci Ramadhan, SEMAKIN URGEN BERSIKAP! Bukankah demikian
ajaran Islam tentang melawan kekufuran atau kebatilan?
Stop bertanya 'Anda
Muslim', mulailah bertanya 'Apakah SAYA (tetap) Muslim bila berhadapan dengan
korupsi?'
Jual Tenun & Batik Rose'S Papua
Jual Tenun & Batik Rose'S Papua
Pemesanan:
0 Response to "Apakah Saya Muslim?"
Post a Comment