Puisi Cinta Soekarno Buat Megawati

Banyak orang 'suka' dengan TVONE karena katanya TVOON.

Saya bukan penonton TV yang setia, cenderungnya cerai sudah dengan TV. Rasanya banyak buang waktunya mengunyah sinetron atau berita selebritis bertabur puisi cinta dengan dipandu pembawa acara yang menyetir apa yang harus dipikirkan pemirsa. Tentu saja masih ada berbagai acara yang bermutu seperti beberapa talk show dan berita. Selebihnya saya membaca koran atau melakukan penggalian sendiri serta menonton film secara online. Jadi saya kurang tahu mengapa kelakuan TVONE demikian. Tapi semalam stasiun ini berubah keren dengan tayangkan cuplikan saat Soekarno diwawancarai Cindy Adams (penulis biografinya).

Sungguh momen yang tepat khususnya buat Megawati.

Dikisahkan bahwa Cindy bertanya 'siapa yang bakal ditunjuk Soekarno sebagai penggantinya kelak'.
Dalam suara keren penuh karisma, Soekarno menyahut bagai membacakan puisi cinta, "A leader cannot be appointed or made. He grows with the people."

Cindy Adams tidak puas dengan jawaban ini dan bertanya lagi bahkan setengah mendesak. Kembali Soekarno memberi jawaban senada dengan beberapa penjelasan untuk memperkuatnya. Beliau kemudian menambahkan bahwa apabila ia wafat, ia tidak ingin nisannya bertuliskan kata-kata memuja kekasih. Ia ingin dimakamkan di bawah pohon besar dekat sebuah batu. Nisannya bertuliskan secuil kalimat sederhana, yaitu ‘Di sini berbaring, Bung Karno’. 

Tumbuh Bersama Rakyat

Appointed dalam arti ditugaskan, dipindahkankan dan dicerabut begitu saja demi kepentingan jangka pendek, siapa yang nekad melakukannya melawan wasiat Soekarno.

Tak lama kemudian, saya lupa apakah masih di stasiun yang sama, Risma dengan tegas merespon bujuk-rayu untuk dibebastugaskan dan diboyong ke ibukota, bukan untuk tempati posisi tapi merebut posisi gubernur (yang belum tentu ia menangi). Apa tidak ganjil? 

Alasan Risma kuat. Jabatan merupakan amanah. Apalagi ia menyadari adanya serangkaian upaya untuk mengeluarkannya dari Surabaya karena ia bakal menjadi ancaman serius dalam pilkada Jatim kelak. Akal sehatnya tegas menolak!


Bravo! Rupanya beda bukan milik TVONE seorang. Risma bahkan lebih berbeda. Ia adalah pemimpin yang tumbuh dan mau menyelesaikan pertumbuhannya bersama rakyat. Tengok saja betapa berubahnya Surabaya. Saya masih ingat Surabaya tahun 89 ketika pertama kali menginjakkan kaki di sana. Kota bau dikepung comberan-comberan pekat. Kalau Begawan Solo mengalir sampai jauh, saluran buangan kota Surabaya mengalir hanya di situ saja, diam enggan mengalir. Dan tikus-tikusnya mengerikan! Bulu-bulu panjang, jarang dan kasar seperti ijuk dengan ukuran badan sebesar kucing. Masih teringat jumpa pertama tikus garong Surabaya – begitu sebutannya. Betapa kagetnya saya melihat ukuran tikus yang begitu besar. Dan kulihat kucing di sampingnya hanya diam seakan lupa sebagai predator. 

Beberapa kali berkunjung ke Surabaya, tidak banyak perubahan. Hingga ketika Risma naik sebagai walikota, saya melihat perubahan yang begitu besar. Kalau dulu ratusan nyamuk mengepung kita, sekarang hanya segelintir. Comberan yang menjadi ciri kota lenyap dari pandangan. Kota tertata apik dan bersih. Jalan-jalan lebar dengan trotoar nyaman sekali buat pejalan kali. Taman-taman bertebaran, terawat dan indah. Sampai malam, anak-anak bebas bermain. Kampung-kampung bersih, rapi dan aman-nyaman. Sekolah-sekolah negeri praktis gratis. Rumah sakit melayani dengan baik. Dan ini baru secuil cerita perubahan Surabaya.

Risma benar tumbuh bersama rakyat yang dilayaninya. Pembencinya pun tahu! Risma mencerminkan Soekarnois tulen, bukan sekadar petugas partai.

Risma Penyambung Puisi Cinta Soekarno

Saya pikir, inilah pesan paling kuat dari Soekarno buat Megawati berupa puisi cinta setajam samurai. Soekarno mendirikan negeri ini karena meyakini kebesaran bangsa ini. Seperti katanya, ia akan mati dengan mata melek karena mengetahui bahwa bangsa ini telah dibangun dengan baik. Dan kuncinya ada pada pemimpin yang tumbuh bersama rakyat, lain tidak.

Sekarang Risma dengan begitu saja hendak dicabut dari Surabaya yang belum selesai diberi fundasi kukuh. Kalau kita bicara perubahan, bukan fisik tapi terutama berbagai infrastruktur politik ekonomi dalam bingkai good governance Ini sebenarnya yang sedang dilakukan baik Ahok maupun Risma. Kedua pemimpin ini sudah kenyang didera isu dan terpaan untuk menjatuhkan. Zona nyaman sebagian politisi, pejabat, militer dan polisi, pebisnis, investor, preman, bandit anggaran dan orang-orang partai adalah kelompok-kelompok yang paling tidak senang. Kepentingan kuasa dan uang mereka paling terpengaruh. Sekarang mereka tidak bisa seenaknya lagi karena rakyat diposisikan sebagai ‘polisi’ sekaligus raja dan ratu terlayani.

Kita masih ingat saat Risma marah besar dalam kasus taman yang terinjak-injak ribuan orang yang ingin mendapatkan es krim. Kata-kata umpatan Suraboyoan keluar lancar dari mulutnya. Mirip gaya Ahok saat mencak-mencak. Tanpa kuatir, ia menuntut perusahaan untuk mengganti rugi setiap kerusakan dan meminta perhatian publik bahwa adalah martabat kehidupan merekalah yang ia perjuangkan. Seperti Ahok yang sering dimaki habis lantaran makiannya namun tidak bergeming karena percaya ia melayani kebenaran demi rakyat, Risma pun demikian. 

Risma sedang dirayu untuk cabut dari rakyat yang ia layani. Ia paham benar hal ini. Akal sehat dan nurani beliau tidak bisa kompromi. Tanpa ragu, ia mengirim pesan terang-benderang kepada Megawati, Nenno Warisman, Jaklovers, Gerinda dan PKS. Seperti penyambung puisi cinta Soekarno, dia menyeru, “Kalau anda tidak punya penantang sekelas Ahok, mungkin karena anda tumbuh BUKAN dengan rakyat tapi demi kepentingan."

Kepentingan seperti ini baiknya difentungin sajah!

Artikel-Artikel Lainnya:

Bahaya Laten Film-Film Cina?

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Puisi Cinta Soekarno Buat Megawati"

Post a Comment