Takut Patung Berarti Cinta Allah?

Mungkin kantongnya ada smartphone berisi kata kata cinta Allah, tapi sama patung saja takut?

Dalam waktu yang berdekatan (10 Agustus 2016) terjadi dua peristiwa perusakan simbol keagamaan yang cukup menyita perhatian. Yang pertama di Gereja Katolik Santo Yusuf Pekerja, Klaten, sebuah kota di Jawa Tengah.  Patung Yesus Kristus roboh dengan kondisi tangan patah sedang patung bunda Maria, bunda Yesus (juga diakui dalam Alquran) hilang secara misterius dan ditemukan di sungai. Peristiwa kedua menimpa Sendang Sriningsih, tempat ziarah umat Katolik di Prambanan, Yogyakarta. Patung bunda Maria juga diduga pengalami perusakan.

Terkait perusakan di kota di Jawa Tengah tersebut, sempat beredar pesan viral via whatsapp bahwa pelaku adalah anak koster (staf gereja) yang marah karena permintaannya yaitu dibelikan HP baru nan canggih tidak dituruti. Ia meluapkan amarahnya pada Allah, mungkin begitu logikanya. Tidak jelas juga siapa awal penyebar berita ini. Saya sendiri mendapatkan berita ini dari beberapa orang. Artinya menjalar dengan cepat. Namun, berita ini segera dibantah baik oleh pastor paroki setempat maupun pastor lainnya yang disebut-sebut dalam pesan WA itu.

Polisi segera melakukan investigasi baik di Klaten, Jawa Tengah, maupun Prambanan, Yogyakarta. Kita belum tahu motif dan pelaku. Mungkin saja hasil perbuatan orang stres atau orang sekitar. Dan khusus terkait kejadian di Klaten, polisi sedang menyelidiki rekaman CCTV yang aktif saat peristiwa tersebut terjadi.

Polisi akhirnya mengatakan bahwa perusakan ini dilakukan oleh anak koster dengan motif sakit hati karena merasa diperlakukan tidak sepantasnya sebagaimana dilansir di banyak media.

Artikel ini bukan hendak membahas peristiwa tunggal, itu menjadi wilayah kerja polisi. Ada hal lain yang jauh lebih penting untuk kita refleksikan bersama. Tidak terbatas pada dua peristiwa di atas, namun jauh lebih luas.

Kita tahu bahwa peristiwa perusakan sarana-sarana peribadatan sudah terjadi sebelumnya. Bahkan telah terjadi sejumlah aksi sekelompok ormas yang meminta patung baik sebagai karya seni maupun simbol keagamaan dipaksa bongkar atau dirubuhkan. Secara umum, kita bisa menyebutnya perilaku ‘takut patung’.

Pertanyaannya, apa yang ada dalam pikiran pelaku? Mungkin takut tercemar imannya? Tercemar bagaimana, mengingat pasti tidak pernah ia diganggu dengan cara apapun?

(Baca juga: Kilas Balik Berbagai Perusakan Patung atau Simbol-Simbol Devosional)

Pertanyaan ini penting kita ajukan sebab berbagai vandalism dan kekerasan atas nama Tuhan itu tidak cukup umum sebelumnya kecuali tahun-tahun belakangan ini. Sebegitu menakutkan 'patung yang hanya patung itu' sampai cara beribadat dalam agama orang lain menjadi masalah serius bagi orang dari agama lain? Ada hal yang samar-samar, sebagian lagi kabur. 

Di sisi lain, ada hal yang perlu dipertegas sekali lagi. Orang Katolik BUKAN penyembah patung seperti yang suka diulang-ulang sebagian orang. Mau dikatakan dengan cara apapun, mau dikasih ayat seberapa banyakpun, fakta tidak berubah. Orang Katolik adalah penyembah-penyembah Allah yang hidup. Patung hanya sarana peribadatan, yang membantu kekhusukan seseorang guna hadir secara personal di hadirat Allah.
Maraknya berbagai vandalisme maupun aksi ormas untuk merubuhkan patung karena takut akan mencemari imannya
Ilustrasi
Buktinya sederhana. Kalau Katolik menyembah patung, bakal ada berbagai sekolah dan universitas yang bermutu itu? Coba periksa ada berapa orang Islam dan agama-agama lainnya yang mendapat pendidikannya di sana. Ada begitu banyak cendekiawan dan profesional Islam yang dididik di berbagai institusi Katolik dan tidak pernah pindah agama. 

Kalau Katolik menyembah patung, bakal ada berbagai rumah sakit, klinik dan akademi keperawatan yang bermutu itu? Silahkan masuki saja satu rumah sakit Katolik dan hitung ada berapa Islam yang mendapat pelayanan medis secara profesional di sana. Silahkan hitung pula ada berapa Islam yang bekerja di berbagai institusi kesehatan tersebut. 

Kalau Katolik menyembah patung, bakal ada pastor sekaligus ilmuan-penulis seperti Romo Mangun, Romo Sindhu, Romo Magnis Suseno, Romo Mudji? Silahkan Tanya orang-orang yang dipengaruhi pemikiran maupun komitmen hidupnya oleh orang-orang ini. Pasti kamu akan mendapat cerita menarik bahwa terjadi kolaborasi dan hubungan yang luar biasa produktif antara ilmuawan dan pemuka agama lintas iman.

Kalau Katolik menyembah patung, bakal ada berbagai koran, percetakan dan toko buku bermutu itu? Bisa bayangkan bila tidak ada orang-orang Katolik yang sangat berdedikasi pada pencerdasan bangsa? Boleh juga dihitung ada berapa banyak orang Islam dan agama-agama lainnya yang bekerja dan berkarya di berbagai perusahaan ini.

(Baca juga: Pelaku Penyerangan Gereja Bedog Sempat Rusak Patung Yesus dan Maria)

Orang Katolik menyembah patung? Pasti tidak. Dengan semua sumbangsih di atas yang baru segelintir diceritakan itu, pasti tidak. Patung tidak punya daya mengubah, mendorong dan memperbaharui. Allah, pasti, karena Allah.
Warga sekitar Gereja Bedog, Yogyakarta, turut membantu membersihkan gereja paska serangan dengan parang, Minggu 11 Februari 2018, yang melukai beberapa orang termasuk Pastor Pier yang sedang memimpin misa. Tampak patung Yesus yang dirusak pelaku serangan.
Orang takut patung mestinya kurang piknik, latah dalam tindakan, hanya gagah dalam keberangasannya dan miskin informasi. Sederhananya, ia bukan cuma gagal paham. Sesungguhnya, ia dalam bahaya besar. Ia sedang menuju kegelapan pikiran. Ia pikir patung yang hanya patung mengganggu. Pikirannya sedang terganggu.

Mungkin dia pikir, takut patung berarti cinta Allah.

Yang pasti, ia mabok - mabok agama.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Takut Patung Berarti Cinta Allah?"

Post a Comment