Sophia, Robot Wanita Berkebangsaan Arab Saudi


Arab Saudi memberi Sophia (robot wanita) kewarganegaan

Tipikal wanita yang telah menggapai status sosialita atau selebritis, Sophia telah diundang untuk meramaikan berbagai forum internasional termasuk berbicara di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Senyum perempuan ini memang menarik dan dia trampil mengolah komunikasi dengan para audiens. Ia bahkan sanggup melempar lelucon yang membuat seisi ruangan tertawa gembira.

Sophia adalah robot wanita yang memiliki wajah dan tubuh seseorang (humanoid) dengan kemampuan bergerak layaknya manusia biasa. Ia bukan robot perang (war robot) atau pengangkut perbekalan perang (mule robot) yang biasanya diasosiakan dengan laki-laki tersebut, namun benar-benar diciptakan sebagai bagian dari upaya mengintegrasikan robot ke dalam kehidupan masyarakat sehati-hari.

Dilahirkan di Hong Kong oleh perusahaan Hanson Robotics, wanita ‘logam dan elektron’ dengan kapasitas kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) luar biasa ini sungguh memukau di hadapan publik. Dalam forum teknologi internasional di Arab Saudi yang dihadari ribuan peserta mancanegara, dia diangkat warga negara oleh dinasti Saud.

Sophia bukan sekadar nama, ia adalah gambar dari pencapaian agung. Dalam sejarah peradaban, ia merepresentasikan rintisan kesadaran bangsa manusia. Ia sebuah upaya menunaikan janji kehidupan yang akan lebih bermartabat ketika seseorang mendayagunakan basis rasio dan etika. Ia bermula dari upaya mempertanyakan apa arti kehidupan, mengapa kehidupan diciptakan dan akan ke mana kehidupan setelah kematian.

Sophia sesungguhnya sebuah tradisi berpikir secara tuntas hingga menemukan ilmu pengetahuan terdalam dan/atau bahkan kebijaksanaan tertinggi. Ia bermula dari rahim filsafat (Yunani kuno) yang menggejala di berbagai peradaban lainnya dalam bentangan sejarah. Kaum cerdik pandai merasa tidak puas dengan penjelasan mitologi atas berbagai realitas dunia. Mereka berupaya menemukan penjelasan dan keterkaitan rasional di antara pengalaman dan fakta-fakta serta menyusun unsur-unsur pembentuk realitas secara objektif (masuk akal) guna menghasilkan berbagai rumusan, hukum dan eksperimentasi.


Para guru yang mewariskan ilmu dan olah pikir, masih menggema hingga hari ini, bukan sekadar kata-kata bijak atau kata-kata mutiara, yang merupakan cikal bakal ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Kesadaran mereka menghasilkan berbagai percabangan pemikiran yang secara terus-menerus dikembangkan oleh para penerusnya, khususnya lewat pendidikan dan sekolah-sekolah.

Para filsuf Yunani kuno, guru-guru setingkat empu ini, biasanya dipanggil Sophist atau sang pencari kebenaran. Mereka mendorong kita menggunakan rasio, melatih kecerdasan dan menemukan proses etik dalam berpikir. Mereka mengajak kita melihat dunia dalam skala besar seperti bintang, bulan, planet dan jagat raya, maupun skala kecil atau renik seperti atom dan elektron. Sebuah fenomena seperti gempa bumi, misalnya, bisa diperiksa sebagai peristiwa alam yang tunduk pada hukum-hukum sains. Mereka menolak penjelasan mitologi yang mengaitkan bencana dengan amukan atau azab supranatural.

Sophia juga merupakan bagian judul sebuah novel bestseller internasional yang ditulis seorang filsuf Norwegia (Jostein Gaarder) sebagai bahan ajar sekolah bagi murid-murid SMA-nya. Bergenre detektif, bukunya secara cerdik menjelaskan keruwetan konsep-konsep filsafat sebagai kisah misteri. Filsafat yang tadinya terasa mengawang-awang dan abstrak diubah menyerupai kisah nyata dari sebuah pencarian kebenaran yang sangat menantang kreativitas.

Sebagai pengajar, Jostein Gaarder melakukan proses pendidikan dengan menstimulasi kerja dan performa otak anak-anak didiknya secara intens. Bukunya kemudian menarik perhatian dunia internasional dan diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa termasuk bahasa Indonesia (diterbitkan Penerbit Mizan, 1996, berjudul Dunia Sophie dari versi Inggris Sophie’s World).


Arab Saudi sudah memulainya sesuatu yang sangat berharga. Ia mengadopsi pikiran sebagai warga negara terhormat. Makin istimewa karena rasio tersebut diwakili wanita, perempuan, bukan laki-laki! Tindakan seperti ini mengandung pesan sangat penting khususnya bagi dunia Islam dan bangsa-bangsa umumnya. Sebuah kesadaran dan gambar dunia baru telah ditorehkan.

Semoga orang-orang yang mengaku mencontohnya turut memberi PIKIRAN mereka status kewarganegaraan. Jangan sampai modus operandi mereka justru mengasingkan pemanfaatan daya-daya mental. Sungguh membosankan menghadapi orang-orang yang andalannya hanya sejauh kopar-kapir, haram atau azab.

Jual Tenun & Batik Rose's Papua

kata bijak motivasi singkat cinta kehidupan mutiara islami mario teguh sabar dalam kisah nyata
 

Pemesanan:

082-135-424-879/WA
5983-F7-D3/BB
Inbox Rudy Ronald Sianturi

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sophia, Robot Wanita Berkebangsaan Arab Saudi "

Post a Comment