Bukan Presiden Biasa, Jokowi Sedang Membuka Lima Jalan Menuju Kejayaan


kata bijak motivasi singkat cinta kehidupan mutiara islami mario teguh sabar dalam kisah nyata

Jokowi
bukan presiden biasa, apalagi berkaitan dengan wilayah timur. Jembatan Merah Putih berteknologi kabel pancang membentang gagah di atas Teluk Dalam Pulau Ambon antara Kecamatan Sirimau dan Teluk Ambon. Jembatan Holtekam, rancangan PT PAL Surabaya, yang bakal membentang perkasa di atas laut Jayapura akan menjadi jembatan terpanjang di daratan Papua.

Joko Widodo adalah pemimpin tanpa basa-basi kata. Ketika mengatakan saatnya menanggalkan paham Jawa-sentris menuju Indonesia-sentris, beliau secara konkret menaruh perhatian istimewa terhadap provinsi-provinsi di ujung timur Indonesia. Ia pun segera memprioritaskan sejumlah proyek strategis lainnya seperti jalan trans Papua, merenovasi bandara-bandara seperti di Manokwari dan Merauke, distribusi BBM yang lebih merata dan integrasi pelabuhan-pelabuhan Merauke dan Sorong ke dalam mega proyek tol laut dan poros maritim dunia.

Keliru ketika sebagian orang mencibir bahwa seorang Jokowi sekadar utang demi membangun infrastruktur. Ia sebenarnya sedang membuka lima jalan kejayaan bagi wilayah timur khususnya dan Indonesia umumnya.

(Baca juga: Puisi Cinta Fadli Zon)

Jalan kejayaan pertama adalah kesiapan setiap wilayah untuk berintegrasi ke dalam ekonomi nasional sebagai satu gerak bersama. Jika sebelumnya, pendekatan terhadap daerah tertinggal berarti sebentuk ‘sedekah’ supaya (agak) mirip dengan provinsi-provinsi yang lebih maju. Maka dibangunlah jalan, bandara, pelabuhan dan jembatan namun di bawah kelas Jawa, Sumatra dan Bali. Terlahir dan dibesarkan di Merauke, Papua, saya sempat berpikir kalau sebagai bangsa dan negara, Indonesia tidak cukup memberi cinta bagi negeri Papua yang sedang dieksploitasi habis-habisan. Dari sejak saya kecil hingga 2000-an, saya hapal luar kepala ruas-ruas jalan Merauke saking tak ada perubahan sama sekali. Sungguh terlalu!

Joko Widodo menyadari bangsa ini mengalami atau banyak terluka dan karenanya pembangunan membuka pintu rekonsiliasi multi dimensi. Jembatan Merah Putih Ambon bukan saja soal keindahan dan teknologi namun terlebih nilai simbolisnya bagi warga Maluku dan Indonesia secara luas. Kita sadar bahwa Ambon dan sekitarnya pernah terseret koyak dan cabik konflik sektarian absurd. Kita sadar bahwa berbagai ‘agen atau pihak’ yang terlibat membentangkan isu SARA dan politisasi agama. Kedamaian, toleransi dan hidup bertetangga antar golongan, suku dan agama yang berbeda-beda selama bergenerasi luluh-lantak dihanguskan kekejaman brutal.

Dalam situasi paling kelam dalam sejarah Maluku, muncul banyak orang, kelompok maupun komunitas yang lantang melawan dan membangunkan kembali ingatan publik akan pela gandong, sebuah falsafah bahwa tiap orang bersaudara. Jembatan memanifestasikan kerinduan kolektif dari berbagai pihak berseberangan untuk saling mengunjungi, menyapa dan membangun. Sungguh jalan kejayaan kedua yaitu pemulihan dan berkat!

Membangun sebuah peradaban tidak bisa sekadar mengandalkan kata-kata bijak. Keberanian mutlak diperlukan. Seorang pemimpin harus berani mengambil risiko serta berjiwa visioner. Lelaki yang dicemooh plonga-plongo oleh lawan-lawannya menunjukkan kelasnya sebagai petarung sejati. Ibarat panser, ia menggilas setiap halangan dengan kecerdikan seorang pekerja, pebisnis dan negosiator ulung. Ia sadar betul dengan kampanye hitam (black campaign) yang dilancarkan secara terkordinasi, brutal dan dari berbagai lini.

Presiden telah bersikap dan hasilnya kita sudah tahu bersama bahkan musuh-musuhnya pun mengakuinya. Dan ini satu-satunya alasan mengapa mereka masif melontarkan segala taktik kotor untuk mendiskreditkan nama baiknya.

(Baca juga: Payungi Jokowi, Kawan)

Melahirkan sebuah perubahan besar juga tidak sama dengan untaian kata-kata mutiara. Manis di bibir memang indah terdengar namun setiap janji wajib diterjemahkan dalam serangkaian langkah, kebijakan dan inovasi nyata. Sungguh absurd apabila kita mengharapkan segala sesuatunya tercapai dalam 3 tahun kepemimpinannya. Jokowi sedang membangun dasar-dasar strategis untuk memastikan kebangkitan ekonomi dan merevolusi mentalitas anak-anak bangsa Indonesia.

Kita bersama mewarisi jutaan persoalan dari masa-masa sebelumnya. Birokrasi yang kontra produktif, puluhan ribu peraturan tumpang-tindih, kelompok-kelompok bisnis yang telah terbiasa melakukan praktek oligarki, perilaku politik berorientasi rente dan korupsi menggila hingga ke tingkat bawah adalah sedikit contoh klasik yang tidak pernah secara serius diselesaikan di masa lalu. Wajar dalam proses ini muncul berbagai masalah atau dampak yang tidak mengenakkan. Seperti halnya reformasi 1998 melahirkan demokrasi yang sampai sekarang belum jua beres persalinan, Jokowi terhitung ‘nekat’ dengan visi negara besar Indonesia di tingkat global.

Apa yang terungkap di atas merefleksikan jalan kejayaan ketiga yang dibukakan Joko Widodo. Dia sedang mempersiapkan bangsa ini supaya berani keluar dari rantai perilaku pecundang. Hal ini selalu tampak dalam perilaku setiap pemimpin visioner di berbagai ruang waktu sejarah. Kita ambil Singapura dan Cina, dua negara yang sebelumnya kumuh, kacau dan suram.

Ketika Lee Kuan Yew mulai memerintah Singapura, negara kota tersebut berada dalam kondisi centang-perenang. Standar hidup masih rendah, warga terbiasa hidup jorok, tingkat korupsi tinggi dan infrastruktur tanpa visi. Hal-hal pertama yang ia lakukan tampak menggelikan namun langsung menohok pada problem-problem mendasar. Dia memangkas perusahaan-perusahaan taksi dan memastikan perhitungan argometer diterapkan secara ketat. Dia membangun toilet-toilet dengan standar kebersihan sangat tinggi. Dia pun membangun infrastruktur kereta api secara menyeluruh dan terintegrasi dengan berbagai moda transportasi darat dan udara.

Gerak cepat Lee Kuan Yew menghasilkan efisiensi luar biasa, kedisiplinan warga, keteraturan, geliat ekonomi, birokrasi andal, hancurnya kebiasaan korupsi dan nasionalisme dasyat.

Deng Xiaoping jauh lebih buruk ketika memulai visi besar bagi Cina di akhir tahun 70-an. Namun dengan berani ia merumuskan sebuah sosialisme dengan karakteristik Cina (sosialisme yang mengadopsi berbagai elemen kapitalisme) maupun konsep 'satu negara dua sistem' bagi Hong Kong, Macau dan Taiwan yang diperbolehkan mempertahankan ekonomi pasar yang sudah berjalan sebelumnya.

Untuk mewujudkan mimpi sebagai bangsa besar, desentralisasi ekonomi dilakukan dengan agresif. Tanpa ragu, Deng membuka 11 kota pelabuhan supaya terhubung dengan berbagai pusat ekonomi dunia. Kebijakan satu keluarga satu anak dalam rangka mengendalikan populasi diberlakukan ketat. Korupsi dilawan tegas. Revolusioner dan luar biasa berani bahkan terbilang ‘nekat’. Hasilnya kita sudah lihat sekarang betapa Cina adalah raksasa ekonomi nomor satu menelikung Amerika Serikat dan Jepang, menjadi pusat keuangan global serta begitu maju dalam berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi baik sipil maupun militer.

Perlu diingat, masyarakat Cina sudah terbiasa hidup dalam kekolotan dan konservatisme sosialisme klasik ala Mao. Deng Xiaoping bergerak terlalu cepat dan menyakitkan bagi banyak orang. Namun setia pada visi besarnya, ia berusaha meyakinkan setiap orang untuk berani mentransformasi diri secara progresif. Apakah terjadi dengan mudah dan tanpa gesekan? Sama sekali tidak! Sebaliknya banyak konflik, kebingungan dan pergolakan. Namun visi para pemimpin kokoh menuntun bangsa yang tadinya terkebelakang tersebut menuju era kegemilangan. Kata-kata dia yang sangat terkenal adalah 'menjadi kaya itu keren' (to be rich is glorious).

Dalam sejarah, bangsa-bangsa yang besar atau kuat ekonomi serta ilmu pengetahuan dan teknologi selalu memulai dengan membangun infrastruktur menyeluruh dalam bingkai besar visi derap bangsa. Amerika Serikat membangun jalur-jalur kereta api yang menghubungkan berbagai titik yang memungkinkan transportasi manusia, barang dan jasa mendorong timbul dan menguatnya berbagai pemukiman, bisnis dan pertanian. Paska jatuhnya kemiliteran samurai di Jepang, kekaisaran mengambil alih pemerintahan dan menjalankan program reformasi revolusioner dengan mengadopsi cara Amerika. Jalur-jalur kereta api dibangun secara besar-besaran, begitu juga berbagai pelabuhan (digambarkan secara dramatis dalam film Holywood The Last Samurai, Tom Cruise).

Persis inilah yang sedang dilakukan Jokowi dengan membukakan jalan kejayaan keempat bagi kita dan anak cucu kelak. Ia mengajarkan kita untuk tidak mengeluh dan bersikap apatis. Ia mengajak kita bermimpi besar dan mengambil langkah-langkah nyata untuk mewujudkannya. Ia menjadikan dirinya contoh bahwa melahirkan kebesaran dan peradaban Nusantara itu jalan sulit, terjal bahkan sepi. Anda akan sakit namun brutal dihina. Anda akan letih namun keji difitnah. Dan itu alasan utama mengapa anda harus merangsek bak panser. Jawab kebrutalan penyesah-penyesahmu dengan visi, kerja, komitmen dan prestasi!

(Baca juga: Sarung Jokowi Mereknya Tomi)

Pada titik ini, ketika empat jalan bergerak dalam piawai orkestra, generasi bangsa akan menemukan tempat semestinya di tengah-tengah pergaulan dunia. Tidak dengan mengeluh, merampok atau menuntut bak anak-anak manja, namun dengan kepercayaan diri dan kemampuan nyata. Secara statistik, ada 5% dari total populasi yang tingkat kecerdasannya di atas rata-rata. Jepang dahulu bangkit dari puing-puing bom atom dengan sejuta insiyur. Bila ada 300 juta orang Indonesia, berarti ada sekitar 15 juta orang yang sangat pintar dan belum menghitung sebagian besar anak bangsa yang cerdas umumnya. Jangan heran pelajar dan mahasiswa Indonesia kerap mendominasi berbagai lomba atau ajang internasional di berbagai negara.

Memalukan sungguh bila terus menjadi generasi penggarong!

Jokowi karenanya sedang membuka jalan kejayaan kelima yaitu bahwa setiap anak negeri harus bisa menjadi warga dunia secara bermartabat. Kita sudah sangat jenuh dipermainkan. Kekayaan alam kita dikeruk, minyak bumi disedot. Laut-laut kita dicuri sesuka hati tanpa tindakan berarti. Keperkasaan maritim nenek moyang kita seolah seonggok kisah kuno. Maka Susi mewakili taring Republik ke pentas global bahwa siapapun yang melanggar kedaulatan Pertiwi, termasuk berbagai anasir yang hendak merongrong cita-cita besar bangsa ini, hanya satu kata: tenggelamkan!


Lima jalan Joko Widodo ini saya sebut Pancajaya Nusantara. Dan dengan demikian, memastikan bahwa Jokowi meneruskan visi besarnya di periode ke-2 bukan lagi sebuah pilihan namun keharusan demi tercapainya visi sebagai bangsa besar, kuat dan disegani.

Indonesia telunjuk dunia!


Jual Tenun & Batik Rose's Papua
kata bijak motivasi singkat cinta kehidupan mutiara islami mario teguh sabar dalam kisah nyata

Pemesanan:

082-135-424-879/WA

5983-F7-D3/BB
Inbox Rudy Ronald Sianturi 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bukan Presiden Biasa, Jokowi Sedang Membuka Lima Jalan Menuju Kejayaan"

Post a Comment